Pages

Sunday, February 10, 2019

PBB Khawatir Kekerasan Kembali Meningkat di Myanmar

JENEWA, iNews.id - Badan PBB untuk urusan pengungsi (UNHCR) khawatir atas laporan bahwa orang-orang melarikan diri dari kekerasan yang meningkat di Negara Bagian Chin dan Rakhine di bagian selatan Myanmar. Hal itu diduga akan menambah ketidakstabilan yang meningkat di wilayah-wilayah itu.

UNHCR mengaku saat ini tidak bisa menilai skala situasi kemanusiaan di wilayah-wilayah yang bergejolak di Chin dan Rakhine, lantaran tidak memiliki akses ke sana dan daerah lain di Myanmar.

Namun, sebagaimana dilaporkan VOA, Senin (11/2/2019), UNHCR menyatakan laporan yang diterima dari situasi keamanan yang memburuk di kedua negara bagian itu sangat mengkhawatirkan. Disebutkan, badan itu tidak tahu berapa banyak orang yang sudah meninggalkan rumah dan menjadi pengungsi di dalam negeri sendiri sejak kekerasan berkobar pada Desember lalu.

Selain itu, di Rakhine, juru bicara UNHCR Andrej Mahecic mengatakan sejumlah Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh untuk mencari suaka.

"Yang kami ketahui dari beberapa laporan, sekitar 200 orang mencari perlindungan dan keselamatan. Ini dilaporkan di daerah yang sangat terpencil di mana kami benar-benar tidak memiliki akses," ujarnya.

Sudah lebih dari 720 ribu pengungsi Rohingya melarikan diri ke Bangladesh sejak Agustus 2017 guna menghindari penganiayaan dan kekerasan di Myanmar. Karena krisis pengungsi sebelumnya di Myanmar, Bangladesh saat ini menjadi tempat tinggal bagi hampir satu juta muslim Rohingya.

UNHCR memuji kemurahan hati negara itu dan memohon pihak berwenang agar terus mengizinkan orang-orang yang melarikan diri dari kekerasan di Myanmar untuk berlindung di Bangladesh.

Mayoritas penduduk Myanmar, dulu dikenal sebagai Birma, beragama Budha. Negara itu memiliki sejarah panjang ketegangan dengan etnis minoritas, sebagian besar atas dasar agama.

Chin merupakan satu-satunya negara bagian di Myanmar yang mayoritas penduduknya Kristen. Negara bagian itu juga wilayah termiskin dan paling tidak berkembang di negara itu.

Populasi besar Muslim Rohingya di Negara Bagian Rakhine terus mengalami diskriminasi dan penindasan dari komunitas Budha yang mayoritas. Meski tinggal selama beberapa generasi, orang-orang Rohingya tidak diakui sebagai warga Myanmar dan tetap tanpa kewarganegaraan.

Editor : Nathania Riris Michico

Let's block ads! (Why?)

from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping http://bit.ly/2GkHY9u

No comments:

Post a Comment