BERLIN, iNews.id - Seorang mantan perawat di Jerman mengakui membunuh 100 pasien. Pengakuan itu membuatnya menjadi salah satu pembunuh berantai paling produktif di dunia.
Para penyidik mengungkapkan, Niels Hogel memberikan dosis obat mematikan kepada orang-orang yang dirawatnya, yang menyebabkan jantung berhenti, di dua rumah sakit di Jerman utara.
Motifnya, menurut para jaksa, adalah untuk membuat rekan-rekannya terkesan dengan upayanya menyadarkan kembali pasien-pasien itu. Namun ternyata mereka tak bangun lagi.
Sebelumnya, Hogel (41) sudah menjalani hukuman seumur hidup terkait pembunuhan terhadap enam orang pasien di rumah sakit tempatnya bekerja.
Namun, dalam persidangan Selasa (30/10/2018), dia mengakui membunuh 36 pasien di Oldenburg dan 64 pasien di dekat Delmenhorst antara 1999 hingga 2005.
Saat ditanya oleh hakim Pengadilan Oldenburg apakah tuduhan itu benar, pria 41 tahun itu mengakui semua perbuatannya.
Diawali dengan mengheningkan cipta selama satu menit untuk menghormati para korban, sidang diperkirakan akan berlangsung hingga Mei 2019.
Persidangan ini digelar setelah pihak berwenang melakukan tes toksikologi selama bertahun-tahun dengan menggali 130 jenazah korban pembantaian.
Para penyidik mengatakan pelaku mungkin membunuh lebih dari jumlah yang disebutkan, namun korban-korban itu telah dikremasi.
Seorang juru bicara untuk kerabat para korban, Christian Marbach, mengatakan peristiwa itu merupakan skandal mantan perawat yang diizinkan untuk membunuh dengan impunitas (kekebalan hukum) selama bertahun-tahun tanpa ada tindakan dari pihak terkait.
"Kami berjuang selama empat tahun agar bisa dilakukan persidangan dan mengharapkan Hogel dijatuhi hukuman atas kasus 100 pembunuhan lainnya," kata Marbach, yang kakeknya dibunuh oleh Hogel.
"Saya berharap dia akan dinyatakan bersalah atas setiap perbuatannya, supaya para keluarga korban akhirnya menemukan kepastian," kata Petra Klein, yang mengorganisir sebuah kelompok untuk membantu para keluarga korban.
Hogel pertama kali tertangkap pada 2005 saat menyuntikkan obat yang tidak diresepkan kepada seorang pasien di Delmenhorst. Pada 2008, dia dipenjara selama tujuh tahun terkait percobaan pembunuhan.
Pada 2014 hingga 2015, dalam persidangan kedua, dia dinyatakan bersalah atas dua pembunuhan dan dua percobaan pembunuhan. Perawat itu divonis hukuman seumur hidup setelah dinyatakan bersalah karena membunuh dua pasien.
Dia meminta maaf dan berharap keluarga korban akan menemukan kedamaian. Dia mengaku melakukan kejahatannya itu dengan spontan.
Namun, selama persidangan, Hogel mengaku kepada seorang psikiater bahwa dia membunuh hingga 30 orang. Usia termuda korbannya adalah 34 tahun dan yang tertua adalah 96.
Para penyidik kemudian mengembangkan penyelidikan, menggali kubur 130 mantan pasien, dan mencari bukti obat yang dapat memicu serangan jantung. Mereka juga meneliti catatan di rumah sakit tempat Hogel bekerja.
Catatan yang ada di rumah sakit Oldenburg menunjukkan, tingkat kematian dan resusitasi naik dua kali lipat saat giliran Hogel berjaga, seperti dilaporkan media Jerman.
Jaksa berpendapat, Hogel secara acak memilih pasien dan menyuntik mereka dengan campuran obat-obatan yang menyebabkan mereka menderita serangan jantung atau menderita komplikasi lain sehingga dia bisa melakukan resusitasi atau menghidupkan mereka kembali.
"Kantor kejaksaan mengasumsikan bahwa dia menciptakan situasi yang mengancam jiwa untuk menunjukkan keterampilan resusitasi kepada kolega dan atasan," demikian isi dakwaan.
Jaksa juga mengatakan, ada kemungkinan Hogel melakukan pembunuhan karena merasa bosan.
Editor : Nathania Riris Michico
from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2PuRo6t
No comments:
Post a Comment