
JAKARTA, iNews.id - Komandan Pasukan Garda Revolusi Iran Qasem Soleimani tewas dalam serangan militer Amerika Serikat (AS) di bandara Baghdad, Irak, Jumat (3/1/2020). Departemen Pertahanan AS menyebut, serangan itu dilakukan atas perintah Presiden Donald Trump.
Jenderal Soleimani merupakan salah satu tokoh populer di Iran dan dipandang sebagai musuh mematikan bagi AS dan sekutunya. Sebaliknya, di dalam negeri dia dielu-elukan sebagai pahlawan.
Hal ini karena dia juga memimpin Pasukan Quds, unit di bawah Pasukan Garda Revolusi yang bertugas menjalankan misi luar negeri. Soleimani sudah memimpin Pasukan Quds ketika AS menginvasi Afghanistan pada 2001.
Soleimani juga menggunakan pengaruhnya secara terbuka untuk menunjukkan kekuatan Iran di kawsan sejak 2018. Hal ini bisa dilihat dari keterlibatannya dalam pembicaraan tingkat tinggi untuk membentuk pemerintahan Irak.
Tidak mengherankan jika Soleimani berada di pusat perebutan kekuasaan di Irak. Dia kerap masuk dan keluar Irak. Bahkan belakangan ini perjalanan antarnegara semakin sering dilakukan seiring upaya partai-partai di Irak untuk membentuk pemerintahan baru.
Di saat bersamaan, popularitas Soleimani dalam beberapa tahun semakin meningkat, baik di Iran dan Irak. Pengikutnya di Instagram pun semakin banyak.
Namun profil Soleimani naik pertama kali bukan terkait konflik di Irak, melainkan Suriah. Dia berperan dalam pengiriman pasukan Iran ke Suriah sejak sejak 2013 untuk membantu Presiden Bashar Al Assad melawan pemberontak.
Tak hanya itu, dalam wawancara dengan stasiun televisi Iran pada Oktober lalu, Soleimani mengaku turut berperan membantu milisi Hizbullah di Lebanon dalam berperang melawan Israel pada 2006.
Bagi para penggemar dan musuh, Soleimani dikenal sebagai arsitek utama yang memberikan pengaruh Iran di kawasan, memimpin perang melawan kelompok jihadis di Suriah, dan memperkuat pengaruh politik Iran di Irak, Suriah, dan sekitarnya.
"Bagi Syiah Timur Tengah, dia adalah James Bond, Erwin Rommel, dan Lady Gaga digabung menjadi satu," kata mantan analis dari CIA, Kenneth Pollack, dalam profil 100 orang paling berpengaruh di Majalah Time pada 2017.
"Bagi negara Barat, dia bertanggung jawab dalam mengekspor revolusi Islam Iran, mendukung teroris, menumbangkan pemerintahan pro-Barat dan mengobarkan perang Iran di luar negeri," kata Pollack, menambahkan.
Sementara itu di dalam negeri, desakan dari warga agar dia lebih berperan di politik dalam negeri semakin kuat.
Terlebih dilanda krisis ekonomi sebagai dampak dari sanksi AS. Keterlibatannya di politik bisa memberikan tekanan lebih besar kepada AS.
Namun dalam sebuah kesempatan Soleimani menepis rumor bahwa suatu hari nanti dia akan mencalonkan diri sebagai presiden.
Sebuah survei yang dilakukan IranPoll dan University of Maryland pada 2018 dia merupakan salah satu dari sedikit orang yang dianggap dapat melanjutkan estafet pemerintahan Iran. Soleimani memiliki peringkat popularitas 83 persen, bahkan mengalahkan Presiden Hassan Rouhani dan Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif.
Editor : Anton Suhartono
from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2SLIwub
No comments:
Post a Comment