Pages

Friday, January 4, 2019

Gubernur BI Ungkap Penguatan Rupiah pada Pekan Pertama 2019

JAKARTA, iNews.id - Bank Indonesia (BI) memantau penguatan nilai tukar rupiah pada pekan pertama 2019. Pada perdagangan akhir 2018 rupiah ditutup di level Rp14.390 kemudian hari ini berada di level 14.282 per dolar Amerika Serikat (AS).

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, penguatan ini didukung oleh membaiknya kepercayaan pasar dan investor terhadap Indonesia. Kemudian, mekanisme pasar valuta asing (valas) dalam negeri juga bekerja dengan baik.

"Alhamdulillah nilai tukar di minggu pertama Januari ini bergerak stabil bahkan menguat. Faktor utamanya tentu confident pasar dan investor terhadap Indonesia dan juga semakin bekerjanya mekanisme pasar valas dalam negeri," ujarnya di Masjid BI, Jakarta, Jumat (4/1/2018).

Kepercayaan pasar dan investor ini terlihat pada lelang Surat Berharga Negara (SBN) yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan. Lelang SBN ini ditargetkan mengumpulkan dana Rp15 triliun namun ternyata berhasil oversubscribe tiga kali atau lebih dari Rp50 triliun dan yang dimenangkan sebesar Rp28,2 triliun.

"Itu menunjukkan confident investor baik dalam maupun luar negeri terhadap ekonomi Indonesia dan juga investasi di aset keuangan Indonesia itu sangat kuat dan sangat baik itu terbukti dari sisi oversubscribe dari lelang SBN," ucapnya.

Lelang SBN ini menambah suplai dolar AS di pasar valas karena sebagian pembeli SBN adalah investor asing. Seiring makin bekerjanya mekanisme pasar ini turut membuat pasar spot, swap, dan Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) membaik.

"Bahkan (kurs) DNDF itu lebih rendah dibanding off shore NDF, ini menunjukkan semakin bekerjanya pasar DNDF. Spread-nya DNDF dari spot itu juga relatif kecil ya," kata dia.

Selain faktor dalam negeri, ada beberapa faktor global yang berkontribusi pada penguatan rupiah pada periode ini. Misalnya, meredanya ketegangan antara AS dan China akibat perang dagang.

"Kita pantau terus nanti minggu depan bagaimana solusi ketegangan perdagangan, langkah lanjutan juga akan meredakan premi risiko di pasar keuangan global," tuturnya.

Kendati demikian, ada beberapa hal di global yang masih membawa tekanan ke nilai tukar rupiah. Misalnya, ekonomi China yang diprediksi akan melambat dan perkembangan yang muncul terkait dengan perdagangan untuk sejumlah investor khususnya untuk investor ritel di Jepang.

Editor : Ranto Rajagukguk

Let's block ads! (Why?)

from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping http://bit.ly/2RweHOb

No comments:

Post a Comment