
YANGON, iNews.id - Chief Executive Officer (CEO) Twitter Jack Dorsey menjadi sasaran kritik terkait kunjungannya ke Myanmar. Dalam cuitannya, Dorsey justru mengajak orang-orang berkunjung ke Myanmar.
Dia seolah mengabaikan temuan PBB yang menyebut Myanmar melakukan pembersihan etnis terhadap muslim Rohingya.
"Myanmar negeri yang indah. Warganya penuh dengan sukacita dan makanannya luar biasa. Saya mengunjungi kota-kota Yangon, Mandalay, dan Bagan. Kami mengunjungi dan bermeditasi di banyak biara di seluruh negeri," kata Dorsey, Minggu (9/12/2018).
Dia juga menyertakan foto-foto saat tinggal di biara serta analisis detak jantungnya saat bermeditasi. Tak ada satu pun cuitannya tak menyinggung soal penderitaan Rohingya.
Direktur Media Human Right Watch (HRW) Andrew Stroehlein tampaknya geram dengan sikap abai Dorsey atas penderitaan etnis Rohingya.
"Saya memang tak ahli dalam meditasi, tetapi apakah itu seharusnya membuat Anda begitu terobsesi pada diri sendiri sehingga lupa menyebut bahwa Anda berada di negara di mana militernya telah melakukan pembunuhan massal dan pemerkosaan massal, yang memaksa ratusan ribu orang melarikan diri, dalam salah satu bencana kemanusiaan terbesar saat ini?" kata Stroehlein, seperti dikutip dari Reuters, Senin (10/12/2018).
Sementara itu juru bicara Twitter Kate Hayes enggan mengomentari kritikan Stroehlein.
Twitter termasuk salah satu media sosial yang digunakan warga Myanmar untuk menyebarkan kebencian terhadap etnis Rohingya. Pada Agustus 2017, ratusan akun Twitter baru bermunculan di Myanmar.
Dalam pengamatan Reuters, banyak cuitan yang isinya berupaya melawan media Barat dan aktivis HAM yang memojokkan pemerintahan Myanmar dalam menangani Rohingya.
Mereka juga menggambarkan etnis minoritas sebagai imigran gelap dari negara tetangga Bangladesh atau "Bengali".
Sementara itu Rohingya menganggap diri mereka sebagai penduduk asli Negara Bagian Rakhine di Myanmar barat. Namun negara menolak sebagian besar kewarganegaraan mereka.
Lebih dari 730.000 muslim Rohingya terpaksa mengungsi ke Bangladesh dalam aksi kekerasan militer sejak Agustus 2017. Mereka dibunuh secara sadis serta para perempuan dewasa dan anak-anak diperkosa. Permukimannya Rohingya di Rakhine juga dibakar.
Editor : Anton Suhartono
from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2QQllyB
No comments:
Post a Comment