
JAKARTA, iNews.id - Bank Indonesia (BI) telah menurunkan prediksi inflasinya di 2018 dari semula 3,5 persen menjadi 3,2 persen. Sementara secara kumulatif (year to date) inflasi sudah di level 2,39 persen dan secara tahunan (year on year) 3,12 persen.
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam mengatakan, inflasi kuartal VI-2018 tidak tumbuh signifikan meski Desember akan ada libur Natal dan Tahun Baru 2019. Pasalnya, pada masa libur ini biasanya terjadi kenaikan harga komoditas akibat melonjaknya permintaan barang.
"Dengan mempertimbangkan tiga bulan ini inflasi tidak akan naik besar jadi secara keseluruhan hanya akan berada di 3,2 persen," ujarnya saat dihubungi iNews.id, Minggu (11/11/2018).
Menurut dia, dengan adanya libur Natal dan Tahun Baru hanya menyebabkan sedikit kenaikan pada inflasi inti dan inflasi volatile food akibat meningkatnya konsumsi masyarakat. Namun, menurutnya untuk inflasi administered prices yang terkait dengan harga bahan bakar minyak, tarif listrik, hingga tarif angkutan diperkirakan tidak akan berubah.
"(Libur Natal dan Tahun Baru) konsumsi mungkin akan naik tapi secara keseluruhan inflasi tidak akan besar naiknya," kata dia.
Sementara itu, dia menilai penguatan rupiah yang terjadi hampir dua pekan ini hingga di bawah Rp15.000 per dolar AS tidak turut memengaruhi penurunan inflasi 2018. Pasalnya, penguatan rupiah tidak serta-merta dapat menurunkan harga-harga komoditas termasuk komoditas impor.
"Penguatan rupiah tidak berpengaruh ke inflasi karena periodenya terlalu pendek. Biasanya harga-harga khususnya untuk barang impor tidak akan secepat it melakukan penyesuaian baik naik atau turun," ucapnya.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, penurunan prediksi tersebut dengan alasan inflasi pekan pertama November 2018 yang cukup rendah. Berdasarkan survey pemantauan harga BI, inflasi tersebut hanya 0,16 persen dibandingkan bulan lalu.
"Dengan perkembangan inflasi yang rendah ini kami perkirakan akhir tahun inflasi itu akan lebih rendah lagi dari perkiraan kami semula akhir tahun itu bisa 3,2 persen year on year, " kata dia di Masjid BI, Jakarta, Jumat (9/11/2018).
Adapun komoditas yang mengalami kenaikan harga sehingga turut menyumbang tingkat inflasi di periode ini adalah bawang merah, beras, bensin, dan emas perhiasan. Sementara, komoditas yang mengaalmi penurunan harga sehingga menjadi penyumbang ke deflasi adalah daging ayam ras dan sayur-mayur.
Dengan rendahnya perkiraan inflasi tahun ini, BI optimistis tekanan inflasi pada 2019 akan lebih rendah. Semula dia memperkirakan inflasi 2019 di level 3,6 persen namun kini dikoreksi menjadi 3,5 persen
"Sehingga ini juga akan mendorong bahwa tekanan inflasi 2019 juga lebih rendah dari perkiraan kami sebelumnya," tuturnya.
Editor : Ranto Rajagukguk
from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2Fhv50a
No comments:
Post a Comment