
JAKARTA, iNews.id - Kurs rupiah di pasar spot pada akhir perdagangan, Selasa (13/11/2018) berbalik menguat setelah sempat melemah dan menembus level psikilogis Rp14.900 per dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang Garuda kini stabil menguat di level Rp14.800-an per dolar AS.
Data Bloomberg menunjukkan, rupiah menguat 15 poin atau 0,10 persen menjadi Rp14.805 per dolar AS dari sesi terakhir kemarin Rp14.820 per dolar AS. Laju harian rupiah tercatat Rp14.799-14.935 per dolar AS dengan level pembukaan di Rp14.862 per dolar AS.
Yahoo Finance mencatat, rupiah terapresiasi 10 poin atau 0,07 persen menjadi Rp14.800 per dolar AS dari posisi terakhir kemarin Rp14.810 per dolar AS. Saat dibuka, rupiah diperdagangkan di Rp14.810 per dolar AS dengan rentang pergerakan harian Rp14.750-14.930 per dolar AS.
Berdasarkan laporan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah menguat 148 poin menjadi Rp14.895 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.747 per dolar AS.
Senior Analyst CSA Research Institute Reza Priyambada sebelumnya mengatakan, nilai tukar rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp14.840-14.785 per dolar AS. Pergerakan rupiah berpotensi terdepresiasi akibat penguatan dolar AS.
Dia menyatakan, masih meningkatnya permintaan akan dolar AS membuat pergerakannya cenderung meningkat. Hal ini dapat menghalangi potensi rupiah untuk berbalik menguat.
Dia memperkirakan pelemahan masih dimungkinkan terjadi pada rupiah. Namun demikian, diharapkan pelemahan tersebut dapat lebih terbatas.
"Tetap mencermati dan mewaspadai berbagai sentimen yang dapat membuat Rupiah kembali melemah," kata Reza dalam hasil risetnya, Selasa (13/11/2018).
Laju rupiah yang selama beberapa pekan lalu sempat menguat signifikan, tampaknya kembali melemah. Berimbas dari pernyataan The Fed dimana dimungkinkan untuk kembali menaikkan tingkat suku bunganya membuat pergerakan dari dolar AS kembali meningkat. Hal ini juga diikuti dengan meningkatnya aksi beli pada surat utang pemerintah AS.
Di sisi lain, peningkatan permintaan akan dolar AS pun turut didorong oleh aksi lepas euro dan poundsterling oleh pelaku pasar seiring belum adanya kepastian terhadap kesepakatan Brexit. Kemudian, masih adanya reaksi negatif pelaku pasar terhadap rilis pertumbuhan China sebelumnya yang menunjukan perlambatan.
Bahkan masih adanya sentimen positif dari dalam negeri juga tidak banyak berimbas pada rupiah. Beberapa sentimen positif tersebut di antaranya penilaian BI terhadap defisit neraca transaksi berjalan yang masih aman meski pada pada kuartal III-2018 tercatat 3,37 persen di atas kuartal sebelumnya sebesar 3,02 persen dari PDB; dan rencana pemerintah untuk mengeluarkan sejumlah sektor dari daftar negatif investasi untuk menarik investasi masuk ke Indonesia.
Editor : Ranto Rajagukguk
from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2K6htnj
No comments:
Post a Comment