JAKARTA, iNews.id – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Sirodj, dan sejumlah petinggi NU lainnya tadi malam mengunjungi Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya Nomor 62, Jakarta Pusat, untuk bersilaturahmi. Pertemuan antara PBNU dan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah itu berlangsung penuh keakraban.
Silaturahmi antara dua organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam besar Indonesia itu pun dihangatkan dengan dua jenis hidangan, yakni nasi liwet dan makanan khas Arab yang sudah “dinusantarakan”. “Kami sengaja hidangkan makan malam dua jenis yakni liwet solo dan arab. Tapi Arab yang sudah ‘dinusantarakan’,” tutur Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, sambil berseloroh, Rabu (31/10/2018) malam.
Pernyataan tersebut langsung disambut tawa oleh para awak media. Sebelum memberikan pernyataan tersebut kepada wartawan, pimpinan kedua ormas besar itu memang lebih dulu makan bersama dalam satu meja. Di sela-sela perjamuan yang berlangsung sekitar satu jam itu, mereka membahas bagaimana Muhammadiyah dan NU menghadapi tahun politik dan menguatkan lagi keja sama-kerja sama lain antara kedua organisasi.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj mengaku takjub dengan pertemuan tadi malam. Dia menyebut pertemuan tersebut berjalan dengan amat hangat. “Di luar dugaan, pertemuan tadi sangat hangat, penuh rasa kekeluargaan,” ujarnya.
BACA JUGA:
PBNU dan PP Muhammadiyah Keluarkan 4 Poin Pernyataan Sikap Bersama
Muhammadiyah dan NU Kompak Kecam Eksekusi Mati TKI di Arab Saudi
Dia menuturkan, NU dan Muhammadiyah berkewajiban menjaga ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islami) dan ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan) untuk mencegah disintegrasi bangsa. “(Kami) membahas juga komitmen agar situasi lebih kondusif dalam berbangsa dan bernegara,” ucapnya.
Said Aqil menilai ada yang aneh dengan fenomena perilaku keagamaan di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir ini. “Umat Islam di Indonesia dari dulu jadi umat yang ramah, pemaaf, dan toleran. Belakangan ini ada yang aneh, kayaknya (pengaruh) dari luar ini. Ini sama sekali tidak menunjukkan jati diri umat Islam Indonesia,” tuturnya.
Dia menjelaskan, menjadi tugas NU dan Muhammadiyah untuk tetap menjaga jati diri umat Islam Indonesia agar tetap menjadi umat Islam tengahan, damai, dan toleran. “NU-Muhammadiyah berkewajiban dan terpanggil untuk membangun ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah. Karena itu, Indonesia harus berkomitmen membangun (umat) Islam yang ramah dan damai,” kata Kiai Said Aqil.
Editor : Ahmad Islamy Jamil
from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2JuSqKb
No comments:
Post a Comment