Pages

Friday, October 5, 2018

Obat Mujarab dari Badai Krisis Itu Bernama UMKM

JAKARTA, iNews.id - Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mampu bertahan dalam badai krisis ekonomi global. Berdasarkan buku yang disusun oleh Bank Indonesia (BI) bersama Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) berjudul Profil Bisnis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), jenis usaha ini tidak terlalu terpapar kerisis ekonomi dunia karena mayoritas tidak menggunakan modal besar serta pinjaman luar negeri.

Krisis moneter tahun 1997 adalah sinyal awal bahwa UMKM Indonesia kebal terhadap penyakit ekonomi yang melanda dunia. Saat itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar perlahan melemah sampai menyentuh angka Rp 16.650 pada Juni 1998.

Perekonomian bangsa yang dikenal garang, serupa macan ompong dibuatnya. Tingkat pengangguran tahun 1997 tercatat sebesar 4,3 juta jiwa. Namun pada 1998 meningkat menjadi 5,1 jiwa atau 5,5 persen dari jumlah angkatan tenaga kerja. Persentase tersebut belum termasuk jumlah pengangguran tidak penuh sebesar 8,6 juta jiwa.

BACA JUGA:

Menilik Krisis 1998 yang Merangsang Pertumbuhan Sektor Informal

B.J Habibie yang menggantikan posisi Soeharto sebagai orang nomor satu di Indonesia kala itu, dihadapkan dengan persoalan multikompleks. Dimulai dengan krisis ekonomi yang berkembang menjadi masalah politik dan sosial, muaranya adalah keutuhan NKRI yang berada di ujung tanduk.

Pria kelahiran Parepare, 25 Juni 1936 membuat banyak kebijakan untuk meredam amukan masa. salah satu yang paling krusial adalah mengembalikan perekonomian dengan mendorong sektor usaha kecil, menengah, dan koperasi untuk berkembang.

Dalam catatan hariannya yang dibukukan berjudul Detik-Detik yang Menentukan Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, Habibie mencoba untuk membangun usaha kecil, menengah, dan koperasi untuk mengajak setiap keluarga terjun langsung dalam bidang usaha tersebut. Tak hanya itu tiga jenis usaha ini juga diberi kredit murah agar keluarga dan penduduk miskin yang terdampak goncangan ekonomi ikut andil dalam usaha tersebut sekaligus mampu mengurangi angka pengangguran.

Di akhir masa jabatannya, ia hadir pada Sidang Umum MPR 1999, Kamis, tanggal 14 Oktober 1999. Kesempatan itu dijadikan panggung bagi Habibie memaparkan hasil kerjanya selama menjadi Presiden ditengah krisis. Sambutan negatif dari peserta sidang dalam ruangan, mengharuskannya tetap tenang dan menjelaskan seluruh capaian kinerjanya sejak 21 Mei 1998 hingga 20 Oktober 1999 bersama kabinet buatannya bernama Kabinet Revormasi Pembangunan.

Salah satu fokus dalam pemaparan tersebut adalah perkembangan usaha kecil, menengah, dan koperasi (Kalau boleh minta tolong di back link sama link artikel kemarin yak https://ift.tt/2Qr2UfM) dalam mengembalikan perekonomian bangsa. Habibie dalam pidatonya saat itu juga mengatakan bila kelompok usaha tersebut terdiri dari 99 persen pelaku ekonomi nasional dan menyerap sekitar 88 persen tenaga kerja ketika Indonesia diambang krisis.

“Untuk membantu usaha kecil dan menengah Pemerintah telah melakukan penyederhanaan perizinan agar dapat meringankan beban mereka. Selain itu Pemerintah juga telah menyediakan berbagai program penyaluran kredit untuk membantu mereka dalam memperoleh modal usaha. Pemberian kredit usaha kecil, menengah dan koperasi dilakukan melalui penyediaan subsidi yang dianggarkan Pemerintah.”

“Subsidi yang disediakan berasal dari dana Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) dengan tingkat suku bunga yang rendah. Namun, karena Bank Indonesia harus mandiri maka tidak dimungkinkan lagi menyalurkan Kredit Likuiditas Bank Indonesia. Sebagai penggantinya, Pemerintahmemanfaatkan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk mensubsidi suku bunga pinjaman bagi usaha kecil, menengah, dan koperasi,” ujarnya.

Dalam kondisi mencoba menyembuhkan luka bekas krisis moneter, Indonesia kembali diterpa badai baru pada tahun 2008. Berkat masalah tersebut, pertumbuhan ekonomi tahun 2009 hanya menembus 4,9 persen atau lebih rendah dibanding pencapaian yang didapatkan negara pada era kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono yang bila dirata-ratakan menembus angka 6 persen.

Krisis ekonomi global terjadi lantaran kenaikan harga minyak dan krisis finansial menerpa dua kekuatan ekonomi dunia, Amerika dan Jerman. Namun lagi-lagi peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dapat memperkokoh iklim perekonomian dalam negeri sehingga dampak krisis tersebut tidak separah negara lain.

UMKM merupakan jenis usaha yang tersebar di seluruh Indonesia, sehingga berperan besar dalam menyerap tenaga kerja serta membantu meningkatkan pendapatan rumah tangga rakyat maupun daerah. Apalagi bahan baku produksi UMKM umumnya diambil dari dalam negeri, sehingga dapat menghemat devisa.

Saking pentingnya iklim UMKM untuk menggenjot perekonomian rakyat dan bangsa, di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo, dibuatlah satu kementerian khusus menangani masalah UMKM dan Koperasi yaitu Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop dan UKM).

Namun sampai saat ini masih banyak kekurangan dalam mengembangkan UMKM di Indonesia. Nasalah pertama adalah permodalan, karena sampai saat ini masih banyak pelaku usaha yang memanfaatkan modal pribadinya sehingga kesulitan untuk mengembangkan bisnisnya.

Di antara banyaknya masalah para pelaku usaha UMKM, masih banyak diantara mereka yang menjual produk olahannya melalui mulut ke mulut. Padahal teknologi internet mulai marak digunakan oleh masyarakat sehingga dapat dimanfaatkan untuk promosi barang dagang.

Sifat internet yang tak mengenal batasan ruang dan waktu serta cukup murah, menjadi obat jitu memecahkan masalah promosi. Semakin banyak yang mengenal brand atau priduksi buatan UMKM, kesempatan mendulang rupiah semakin besar.

Editor : Rahmat Fiansyah

Let's block ads! (Why?)

from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2zUy2Pz

No comments:

Post a Comment