
JAKARTA, iNews.id - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street dibuka jatuh karena tertekan penurunan saham-saham teknologi. Tekanan juga dikontribusi dari eskalasi perang dagang antara AS dengan China.
Mengutip CNBC, Kamis (6/9/2018), indeks S&P 500 turun 0,3 persen, sementara indeks Nasdaq yang di dalamnya terdapat saham teknologi berkapitalisasi besar turun 0,6 persen.
Produsen chip menjadi salah satu saham teknologi berkinerja terburuk. Micron Technology turun hampir 8 persen, sementara Lam Research dan Applied Materials masing-masing turun 5,8 persen dan 4,3 persen.
"Jatuhnya saham teknologi kemarin, meski bagian dari koreksi sehat, jika diperpanjang menciptakan titik bahaya potensial untuk pasar saham selama beberapa hari mendatang," kata Tom Essaye, pendiri The Sevens Report, dalam sebuah catatan.
"Saya mengatakan itu, karena teknologi telah menjadi pemimpin sektor sepanjang tahun ini, dan itu telah mendorong kenaikan saham bahkan dalam menghadapi ketidakpastian perdagangan."
Namun, indeks Dow Jones Industrial Average sedikit menguat pada hari ini. Indeks naik 24 poin, dipimpin oleh kenaikan 1,2 persen pada saham Boeing.
Pejabat dari AS dan Kanada bekerja hingga larut malam pada Rabu, karena kedua belah pihak berusaha untuk mengamankan perjanjian perdagangan baru untuk memperbarui Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA). Pada Jumat pekan lalu keduanya gagal mencapai kesepakatan dari batas waktu yang telah ditentukan. Negosiasi yang diperpanjang ini kemungkinan akan berlanjut dalam beberapa hari mendatang, dan berakhir akhir pekan ini.
Sementara itu, hubungan antara China dan AS tetap tegang. Pelaku pasar terlihat bersikap wait and see setelah laporan dari Bloomberg mengungkapkan bahwa pemerintah AS sedang siaga untuk memberikan pungutan tambahan atas barang-barang China senilai 200 miliar dolar AS pekan ini.
Kementerian perdagangan China menyatakan pada Kamis bahwa Beijing akan membalas jika Washington akan menerapkan tarif baru. "Taktik perdagangan Presiden Donald Trump lebih cenderung memperlambat ekonomi karena merusak rencana belanja modal," kata Steven Blitz, kepala ekonom AS di TS Lombard.
"Aspek yang tampak acak dari taktiknya, termasuk ketidakpastian berapa lama tarif akan diberlakukan dan dampak langsungnya, akan menyebabkan perusahaan berhenti sejenak sebelum memulai proyek-proyek modal besar tepat ketika pengeluaran investasi tampak melonjak, dibantu oleh pemotongan pajak."
Ketegangan perdagangan yang meningkat, bersama dengan dolar AS yang lebih kuat dan kebijakan moneter yang lebih ketat, telah menekan pasar keuangan negara berkembang baru-baru ini.
Editor : Ranto Rajagukguk
from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2NSo7P1
No comments:
Post a Comment