JAKARTA, iNews.id, - Calon Presiden (capres) nomor urut 02 Prabowo Subianto mengaku pernah menghadapi situasi yang dilematis. Prabowo di satu sisi mendukung gerakan reformasi, namun di sisi lain gerakan itu ingin melengserkan mertuanya, Presiden Kedua RI Soeharto.
Dalam situasi tesebut, Prabowo merasa harus memutuskan apakah memilih untuk memproritaskan keluarga atau kepentingan bangsa dan negara.
"Walaupun pemimpin rezim yang berkuasa pada saat itu mertua saya sendiri, pada saatnya saya harus ambil (keputusan) apakah membela keluarga atau membela suatu kesetiaan yang lebih tinggi dari sekadar kekeluargaan, yaitu setia kepada negara bangsa dan rakyat Indonesia," kata Prabowo saat menghadiri Gerakan Elaborasi Rektor Akademisi, Alumni, dan Aktivis Kampus Indonesia di Balai Kartini, Jakarta, Jumat (5/4/2019) malam.
BACA JUGA: Prabowo: Kita Harus Menang dengan Selisi di Atas 25 Persen
Mantan Danjen Kopassus ini akhirnya memutuskan untuk menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas segalanya.
"Waktu itu saya ikut menyarankan agar Presiden Soeharto mengundurkan diri. Bukan karena saya tidak loyal sama Pak Harto, justru karena saya loyal, justru karena saya cinta sama Pak Harto," kata dia.
Dalam deklrasi dukungan dari akademisi itu, Prabowo menegaskan bahwa Indonesia saat ini sedang sakit. Inti penyakit bangsa yakni kekayaan negara yang tidak tinggal di dalam negeri.
Menurutnya, penyakit ini telah terjadi sejak bertahun-tahun lalu. Dia pun menyerukan agar seluruh masyarakat mengoreksi diri. "Ini harus kita akui sebagai kegagalan elite Indonesia. Kita harus akui bahwa ini kegagalan kita semua," kata ketua umum Partai Gerindra ini.
Editor : Zen Teguh
from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping http://bit.ly/2IgtgAi
No comments:
Post a Comment