
ANKARA, iNews.id - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam keras pernyataan Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) John Bolton yang meminta jaminan keamanan bagi para pejuang Kurdi di Suriah.
Dalam pidato di hadapan anggota partainya di ibu kota Ankara, Erdogan mengatakan pernyataan penasihat keamanan nasional AS, John Bolton tidak dapat diterima.
"Mengenai masalah ini, John Bolton membuat kesalahan serius. Dan siapapun yang menganut jalan pikiran seperti ini juga membuat kesalahan," kata Erdogan, seperti dilaporkan BBC, Rabu (9/1/2019).
"Tidaklah mungkin bagi kami untuk membuat kompromi pada tahap ini," cetusnya.
Selama ini, Pemerintah Turki menggolongkan berbagai kelompok Kurdi sebagai teroris yang menuntut pendirian negara terpisah dari Turki.
"Mereka yang berada di koridor teror di Suriah, akan mendapatkan pelajaran. Tidak ada perbedaan sekecil apapun antara PKK, YPG, PYD, dan ISIS," ujarnya.
Baca juga: Erdogan: Penarikan Pasukan AS di Suriah Harus Direncanakan dengan Baik
Lebih lanjut, Erdogan menyebut masyarakat AS tidak mengetahui soal berbagai kelompok Kurdi.
"Apabila AS menganggap mereka sebagai 'saudara Kurdi', maka mereka berada dalam khayalan yang serius."
Dia menganggap YPG sebagai perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dilarang, yang memperjuangkan otonomi Kurdi di Turki selama tiga dekade. YPG sendiri menyangkal memiliki hubungan langsung secara organisasi dengan PKK.
Erdogan menyatakan hal itu bersamaan dengan kunjungan John Bolton ke Ankara.
Bolton bertemu dengan para pejabat Turki untuk membahas dampak keputusan Presiden AS Donald Trump untuk menarik pasukan AS dari Suriah.
Baca juga: Penasihat Keamanan Nasional AS Bolton Kunjungi Turki Bahas Suriah
Bolton berusaha mendapatkan jaminan dari Turki agar pejuang Kurdi -yang didukung AS- tidak diserang sebagai salah satu prasyarat penarikan pasukan AS.
Namun, para pejabat AS diberitahu bahwa Erdogan tidak dapat bertemu Bolton karena sedang mengikuti kampanye pemilihan lokal dan pidato di parlemen.
Seorang pejabat senior AS mengatakan, tulisan Erdogan di surat kabar New York Times pada Senin lalu adalah "keliru".
Dalam tulisan di halaman opini, Erdogan antara lain meminta masyarakat internasional mendukung Turki dalam upaya memerangi milisi ISIS dan menjaga integritas teritorial Suriah.
Baca juga: Trump Isyaratkan Perlambat Penarikan Pasukan AS dari Suriah
Erdogan menulis bahwa pasukan yang didukung AS sangat bergantung pada serangan udara yang dilakukan tanpa memperhatikan korban sipil.
Dia juga menulis, Turki merupakan satu-satunya negara dengan kekuatan dan komitmen kuat untuk membuat Suriah menjadi stabil.
Pada 2014, kelompok milisi Negara Islam atau disebut ISIS menguasai sekitar 100.000 kilometer persegi wilayah Suriah dan Irak, dan menerapkan aturan brutal terhadap hampir 8 juta orang.
Saat ini, mereka diperkirakan mengendalikan hanya 1 persen dari wilayah yang pernah mereka kuasai.
Baca juga: Pasukan AS Mundur, Militer Turki Bertekad Segera Masuki Suriah Utara
Namun demikian, kekalahan ISIS sejauh ini belumlah final. Laporan Kementerian Pertahanan AS memperkirakan, pada Agustus lalu, kemungkinan ada 14.000 jihadis yang tersisa di Suriah dan 17.000 di Irak.
Itulah sebabnya, ketika Presiden Donald Trump secara mendadak mengeluarkan pernyataan untuk menarik pasukan AS dari Suriah, dia menghadapi kritikan tajam dari negara-negara sekutunya.
Trump juga mendapat sorotan keras dari penasihat militernya dan politikus Partai Republik, karena keputusan itu antara lain akan berdampak kepada keberadaan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin YPG.
Baca juga: Tarik Pasukan AS dari Suriah, Trump Percayakan ISIS ke Erdogan
Selama akhir pekan, Bolton mencoba menawarkan beberapa prasyarat untuk penarikan pasukan AS dari Suriah, agar rencana penarikan pasukan yang direncanakan berlangsung selama empat bulan tidak berujung pada kegagalan.
Kepada wartawan di Israel, dia mengatakan penarikan pasukan AS akan dilakukan dengan jaminan bahwa ISIS sudah dikalahkan dan tidak mampu bangkit kembali.
"Jaminan lainnya, AS akan melindungi mereka yang telah berperang dengan kami melawan ISIS dan kelompok teroris lainnya," kata Bolton.
Bolton bertemu dengan staf khusus Erdogan, Ibrahim Kalin, untuk membahas bagaimana penarikan AS dapat dilakukan.
Kemudian, Kalin mengatakan dalam jumpa pers, dirinya sudah bertanya kepada Bolton soal keberadaan senjata berat dan sejumlah fasilitas militer yang diserahkan AS kepada YPG.
Baca juga: Trump Tarik Pasukan AS dari Suriah, Dianggap Kemenangan bagi Putin
"Kita seharusnya tidak mengizinkan proses penarikan AS untuk membuka peluang baru bagi organisasi teror," kata Kalin.
Menurut Kalin, Turki tidak akan meminta izin dari siapa pun untuk melakukan operasi militer di Suriah, di tengah laporan bahwa mereka sedang bersiap untuk menyerang Kota Manbij yang dikendalikan SDF.
Sekitar 2.000 personel militer AS dikerahkan di Suriah dan pasukan darat pertama kali tiba pada musim gugur 2015.
Presiden Barack Obama saat itu mengirim sejumlah kecil pasukan khusus untuk melatih dan memberi konsultasi kepada para pejuang YPG.
Baca juga: Klaim ISIS Kalah, Trump Tarik Tentara AS dari Suriah
Upaya seperti itu dilakukan AS setelah kelompok pemberontak Suriah yang terlibat memerangi kelompok militan ISIS dianggap tidak mampu menjalankan perannya secara sempurna.
Selama tahun-tahun berikutnya, jumlah pasukan AS di Suriah makin meningkat, dan jaringan dan lapangan udara dibangun di bagian timur laut negara itu.
Editor : Nathania Riris Michico
from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping http://bit.ly/2FhtHZQ
No comments:
Post a Comment