Pages

Sunday, December 9, 2018

Pakar: Penyebaran Terorisme dan LBGT via Medsos Ancaman Serius

BOGOR, iNews.id – Aktivitas di media sosial (medsos) saat ini sudah menjadi semacam gaya hidup untuk sebagian orang. Namun, ahli psikologi forensik Reza Indragiri Amriel mengingatkan, terdapat dua ancaman serius dalam penggunaan medsos yang harus diwaspadai masyarakat, yakni merambatnya terorisme dan LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) yang dapat menular secara sosial.

“Fenomena yang masif dan berbahaya yakni terorisme dan LGBT. Oleh karena itu bangun komitmen untuk bermedia sosial yang cerdas, untuk menangkal dua hal itu,” kata Reza dalam Seminar Nasional 2018 di Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat, Minggu (9/12/2018).

Dalam seminar yang diselenggarakan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi Sekolah Vokasi IPB itu, Reza memaparkan, ancaman terorisme bentuk baru dari penggunaan medsos tersebut diungkapkan langsung oleh seorang petinggi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) kepada dirinya. Terorisme yang dimaksud sang pejabat, lebih berbahaya dari saparatisme.

Terorisme itu tidak masuk dalam narasi yang selama ini diperbincangkan sebagai terorisme yang berafiliasi dengan kelompok garis keras, dan sebagainya. “Hari ini, untuk menjadi teroris tidak harus berguru pada orang-orang tertentu. Dengan medsos, (seseorang) bisa menjadi teroris lewat dua cara,” ujarnya.

Cara pertama yakni meradikalisasi diri sendiri lewat tayangan video Youtube, bisa dengan menyimak video tokoh-tokoh tertentu, bisa meredikalisasi diri sendiri. “Dengan handphone terkoneksi internet, saya sedang meradikalisasi diri sendiri,” ucapnya.

BACA JUGA: Jokowi Anggap Kontestasi Tanpa Toleransi Bisa Picu Konflik

Cara kedua adalah perekrutan diri (self recruitment), mengangkat sumpah sendiri, sampai mati akan mematuhi tokoh-tokoh tersebut. Selain terorisme, LGBT menurut dia juga menjadi ancaman serius.

Seperti yang pernah disampaikan Lembaga Pemberdayaan Hukum Indonesia (LPHI), ada lima rekomendasi penting kepada presiden untuk diperhatikan bersama, salah satu poinnya adalah kekhawatiran akan bahaya LGBT.

Reza menuturkan, sangat mudah untuk menemukan kelompok-kelompok tersebut di dunia maya. Mereka secara gencar mengampanyekan LGBT sebagai sesuatu yang seakan-akan normal dan harus diterima secara hak asasi. “Anak-anak dengan mudah membuka akun media sosial akan terpapar dengan kampanye ini,” katanya.

Sebagai anggota LPHI, kata Reza, dia punya kewajiban untuk mengingatkan para orang tua agar menjaga anak-anak dari LGBT. Pasalnya, perilaku menyimpang itu dapat membahayakan kepribadian bangsa dan mengancam kehidupan generasi penerus bangsa.

BACA JUGA: 2019, Kemenkominfo Lebih Reaktif Hadapi Konten Negatif di Medsos

Selain Reza, Seminar Nasional 2018 di IPB kemarin juga dihadiri pesohor Tasya Kamila, Putri Indonesia Perdamaian 2017 Dea Goesti Rizkita, Cyber Crime Polda Metro Jaya, dan perwakilan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo).

Tasya Kamila beranggapan, penggunaan medsos bagi figur publik sangat menguntungkan, karena bisa menjadi platfrom baru untuk berbagi dengan para penggemarnya. Dengan begitu, para pesohor tidak perlu lagi membawa media infotaimen untuk berbagi kegiatan dengan penggemar.

“Medsos menjadi platfrom untuk memberikan informasi, sisi positifnya, jadi wadah buat kita menyebarkan kebaikan dan konten positif dan berita yang baik,” kata dia.

Sementara itu, Kepala Pusat Pengembangan Profesi dan Sertifikasi Kemkominfo, Hedi M Indris mengingatkan, teknologi internet bisa menjadi positif dan negatif seperti pisau bermata dua. Pemerintah mempunyai niat baik untuk menampilkan konten positif dan melarang konten negatif. Pemerintah dapat melakukan pemblokiran bila menerima pengaduan dari masyarakat.

Indonesia, kata dia, tidak melarang media sosial. Namun, fasilitas itu harus dimanfaatkan secara baik dan bertanggung jawab. “Kembali ke hati dan pikiran kita untuk bisa memilah dan memilih konten yang baik,” tutur Hedi.

Editor : Ahmad Islamy Jamil

Let's block ads! (Why?)

from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2zRQsQB

No comments:

Post a Comment