
LONDON, iNews.id - Gelombang tsunami di Banten dan Lampung Selatan akibat letusan Gunung Anak Krakatau masih mungkin terjadi lagi. Apalagi aktivitas letusan Anak Krakatau masih berlangsung.
Analis dari Open University Inggris David Rothery mengatakan, besar kemungkinan gelombang tsunami dipicu oleh longsor bawah laut akibat aktivitas Anak Krakatau.
Anak Krakatau merupakan gunung yang terbentuk akibat letusan dahsyat Gunung Krakatau pada 1883, menewaskan sekitar 36.000 jiwa.
Gunung ini menunjukkan peningkatan aktivitas sejak Juni 2018 membuat pergerakan di bawah laut terakumulasi.
Analis lain dari University of Portsmouth Inggris, Richard Teeuw, mengatakan, tsunami yang terjadi akibat letusan Anak Krakatau memang tak sebesar yang dihasilkan oleh gempa bumi. Namun bencana yang terjadi pada Sabtu (22/12/2018) malam itu menerjang kawasan wisata dan daerah padat penduduk sehingga dampak korban begitu besar.
"Kemungkinan tsunami lanjutan di Selat Sunda akan tetap tinggi karena saat ini Gunung Anak Krakatau sedang melalui fase aktif yang sangat mungkin memicu tanah longsor bawah laut," kata Teeuw, dikutip dari AFP, Senin (24/12/2018).
Sayangnya, Indonesia belum memiliki alat pendeteksi tsunami akibat letusan gunung. Karena itu datanngnya gelombang tsunami tak terdeteksi sebelumnya.
Teeuw menambahkan, survei sonar bawah laut menjadi hal mendesak yang harus dilakukan saat ini untuk memetakan daerah di sekitar Anak Krakatau.
Namun, kata dia, survei menggunakan kapal selam atau drone biasanya membutuhkan waktu berbulan-bulan.
Menurut dia, tsunami yang diakibatkan letusan gunung sangat jarang terjadi di dunia. Namun, untuk Selat Sunda ini bukan yang tertama.
"Tsunami dahsyat yang disebabkan oleh letusan gunung berapi jarang terjadi, salah satu yang paling terkenal (dan mematikan) disebabkan letusan Krakatau pada 1883," ujarnya.
Editor : Anton Suhartono
from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping http://bit.ly/2rSKA5e
No comments:
Post a Comment