Pages

Sunday, November 11, 2018

Jika Tiket Pesawat Naik, Indef Prediksi Akan Sumbang Inflasi Besar

JAKARTA, iNews.id – Tingkat inflasi sepanjang tahun ini diperkirakan hanya mencapai 3,2 persen, lebih rendah dari target Anggaraan Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 3,5 persen. Namun, perkiraan tersebut bisa saja meleset mengingat pada periode Natal dan jelang Tahun Baru, harga-harga barang melonjak signifikan.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, selain harga-barang, pemerintah patut mewaspadai potensi kenaikan biaya jasa transportasi, khususnya tarif penerbangan komersial. Saat ini, pemerintah memang belum merealisasikan kenaikan tarif batas bawah angkutan udara.

Namun, dengan adanya kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 pada akhir bulan lalu membuat pemerintah merasa tarif batas bawah pesawat harus segera dinaikkan. Seperti diketahui, Lion Air merupakan salah satu maskapai Low-Cost Carrier (LCC) yang berbiaya murah. Akibat menawarkan tarif tiket yang murah, maskapai LCC ini biasanya memangkas biaya perawatan pesawat.

Bhima juga menyoroti inflasi volatile food yang rentan mengalami kenaikan jika masa liburan tiba. Apalagi menurutnya, pada akhir tahun ini tingkat insentisitas hujan bertambah sehingga dapat mengganggu tanaman pangan.

"Yang perlu diwaspadai justru dua hal yakni rencana kenaikan tarif batas bawah angkutan udara, dan perubahan musim yang menganggu pasokan tanaman pangan," uajrnya saat dihubungi iNews.id, Minggu (11/11/2018).

Dia memperkirakan, permintaan masyarakat pada akhir tahun ini tidak terlalu tinggi meski terdapat Natal dan Tahun Baru. Sebab, pada kuartal III-2018 konsumsi rumah tangga masih stagnan di kisaran 5 persen yang mengindikasikan secara permintaan tidak mendorong kenaikan harga.

"Permintaan masyarakat pada akhir tahun di bulan November-Desember atau secara musiman saat Natal dan Tahun Baru diperkirakan tidak terlalu tinggi," kata dia.

Kemudian, nilai tukar rupiah yang menguat signifikan selama hampir dua pekan ini dinilai membuat inflasi barang impor tidak naik signifikan. Penurunan harga beberapa komoditas pangan internasional juga sedang turun.

Berdasarkan data dari World Bank Commodity price, harga kedelai turun 7 persen secara tahunan, gandum turun 13,3 persen, gula turun 19,3 persen, beras 9 persen, dan minyak sawit 16,6 persen.

Selain itu, harga minyak mentah internasional juga sedang dalam tren penurunan. Bahkan, untuk sebulan ini minyak mentah jenis Brent turun 18,3 persen dari semula mencapai 86 dolar AS per barel menjadi 71 dolar AS.

"Penurunan harga minyak mentah membuat dorongan inflasi komponen administered price dari penyesuaian harga BBM jenis nonsubsidi tidak terlalu besar di akhir tahun. Pertamina kemungkinan tidak menaikkan harga BBM lagi sampai Desember," tuturnya.

Editor : Ranto Rajagukguk

Let's block ads! (Why?)

from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2qIdl3D

No comments:

Post a Comment