
WASHINGTON, iNews.id - Amerika Serikat (AS) kembali menjatuhkan sanksi terhadap industri minyak dan sektor keuangan Iran, Senin (5/11/2018). Sebelumnya Presiden Donald Trump menegaskan tak akan lagi merenggangkan saksi atas Iran.
Sanksi itu memberlakukan kembali larangan pembelian minyak Iran, yang merupakan bidang penting bagi perekonomian negara itu. Para pejabat pemerintahan Trump mengatakan, ada delapan entitas yang diberi pengecualian jangka pendek guna memberi mereka waktu untuk akhirnya sepenuhnya menghentikan impor minyak dari Iran.
Sanksi-sanksi yang dikenakan kembali itu juga akan menarget bank sentral Iran dan sektor perkapalan serta galangan kapal Iran.
Baca juga: Hari Ini AS Berlakukan Sanksi untuk Iran, Begini Dampaknya bagi Dunia
Dalam pidatonya, Presiden Iran Hassan Rohani mengutuk sanksi tersebut. Dia mengatakan negaranya akan melangkahi sanksi-sanksi AS dan terus menjual minyak.
"Saya mengumumkan bahwa kami akan dengan bangga melangkahi sanksi Anda yang ilegal dan tidak adil karena melanggar peraturan internasional," kata Rouhani, dalam pidato yang disiarkan televisi saat sanksi diberlakukan, seperti dilaporkan AFP, Selasa (6/11/2018).
"Kami berada dalam situasi perang ekonomi, menghadapi kekuatan penindasan. Saya tidak berpikir bahwa dalam sejarah Amerika, seseorang telah memasuki Gedung Putih yang sangat bertentangan dengan hukum dan konvensi internasional," tambahnya.
Baca juga: AS Berlakukan Sanksi ke Iran, Menhan Israel: Terima Kasih Trump
Rouhani mengaku empat negara mendekati dirinya selama kunjungannya ke New York untuk pertemuan Majelis Umum PBB pada September lalu. Dia menyebut negara-negara itu menawarkan untuk menengahi hubungannya dengan AS, namun dia menolaknya.
"Tidak perlu mediasi. Tidak perlu untuk semua tindakan ini. Bertindaklah atas komitmen Anda, dan kami akan duduk dan berbicara," katanya.
Baca juga: AS Berlakukan Sanksi ke Iran, Harga Minyak Bervariasi
Pada Jumat (2/11/2018), Trump menyebut, tujuannya kembali memberlakukan sanski adalah untuk memaksa para pemimpin Iran meninggalkan apa yang dia sebut "perilaku merusak".
Iran membantah program nuklirnya ditujukan untuk memproduksi senjata nuklir saat mencapai perjanjian 2015 dengan AS, Inggris, China, Prancis, Rusia, dan Jerman.
Baca juga: AS Berlakukan Sanksi untuk Iran, Rusia: Kami Sangat Kecewa
Badan energi atom PBB yang ditugaskan memantau pelaksanaan perjanjian itu, menyatakan dalam beberapa laporannya bahwa Iran mematuhi perjanjian itu. Namun hal tersebut dibantah oleh Trump.
Editor : Nathania Riris Michico
from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2yTVFXv
No comments:
Post a Comment