Pages

Wednesday, October 17, 2018

Warga Inggris Rela Minta Sumbangan di Stasiun demi Bantu Warga Sulteng

LONDON, iNews.id - Foto bocah dengan perban di pipi yang sedang mendapat perawatan dari tim medis terpampang di berbagai tempat di Inggris sejak 4 Oktober lalu.

Bocah laki-laki berusia tujuh tahun itu merupakan korban bencana gempa dan tsunami yang melanda Palu, Kabupaten Donggala, Sigi, dan daerah-daerah sekitarnya di Sulawesi Tengah (Sulteng), pada 28 September silam.

Foto sang bocah sengaja ditampilkan dalam iklan penggalangan dana untuk korban gempa-tsunami Sulteng. Dalam waktu sekitar dua pekan, penggalangan dana mencapai 15 juta poundsterling atau sekitar Rp300 miliar.

Dalam peluncurannya, seruan penggalangan dana disiarkan oleh stasiun-stasiun radio dan televisi, termasuk BBC. Di antaranya menayangkan skala kerusakan, korban, potensi bencana kemanusiaan lanjutan bagi korban selamat, dan ajakan menyumbang melalui berbagai cara seperti pesan singkat, telepon, online.

"5 poundsterling (Rp100.000) dapat menyediakan air bersih bagi seorang korban hidup selama satu bulan, 20 poundsterling (Rp400.000) dapat mencukupi makanan bagi satu keluarga beranggotakan lima orang selama dua pekan," demikian isi iklan tersebut.

Iklan penggalangan dana seperti ini dapat ditemukan di stasiun-stasiun kereta bawah tanah di London. (Foto: BBC)

Penggerak penggalangan dana adalah DEC, Komite Darurat Bencana yang merupakan aliansi 14 badan amal dan LSM Inggris, antara lain Islamic Relief, Oxfam, British Red Cross, serta Save the Children.

Selain melalui iklan di media dan di tempat-tempat umum, penggalangan dana juga dipungut secara langsung oleh para relawan dari 14 badan amal di bawah payung DEC.

Mereka muncul di gereja, masjid, sekolah, bandar udara, stasiun kereta. Pada Selasa (16/10/2018) pagi waktu setempat, BBC menemui seorang relawan di Stasiun Monument di salah satu kawasan keuangan di London.

"Saya membantu LSM Islamic Relief sebagai bagian dari DEC atau Komite Darurat Bencana untuk menggalang dana bagi krisis darurat yang saat ini terjadi di Indonesia," jelas Hosaam Safdar.

Dia merupakan seorang mahasiswa sebuah universitas di London dan menyisihkan waktu menggalang dana di sela-sela jam kuliahnya.

"Saya berharap dapat menggalang dana sebanyak mungkin, tapi jujur saja ini tidak masalah berapa besar uang yang terkumpul. Tapi yang penting adalah sumbangan ini bermanfaat bagi warga di Indonesia."

Seorang relawan dari badan amal Islamic Relief, salah satu anggota Komite Darurat Bencana, menarik sumbangan di Bandara Gatwick, Selasa (16/10). (Foto: BBC)

"Secara umum, dengan penggalangan sumbangan seperti ini kita dapat mengumpulkan uang antara 200 poundsterling, 300 poundsterling hingga 1.000 poundsterling sehari," ungkapnya.

Jika uang itu dikurskan ke rupiah, Hosaam Safdar dapat mengumpulkan uang sekitar Rp4 juta hingga Rp20 juta sekali menggalang dana di tempat umum seperti di stasiun kereta bawah tanah.

Namun jika ditemui selama sekitar 30 menit, tampak hanya dua orang yang memberikan sumbangan uang receh.

Bagaimanapun, pemuda tersebut tak henti-hentinya mengoyang-goyangkan ember plastik warna merah yang menghasilkan bunyi uang receh yang beradu satu sama lain, sambil mengatakan, "Mari bantu korban bencana di Indonesia. Silakan sumbangkan uang receh Anda."

Dan Stasiun Monument bukan satu-satunya lokasi menarik sumbangan. Banyak titik penarikan sumbangan secara langsung di seluruh Inggris dan banyak pula cara untuk menyumbang.

"Saya menyumbangkan uang receh di dompet saya baru saja, tapi saya tidak menghitung jumlahnya. Kami membantu sebisanya," ujar seorang penumpang, Paul, yang memasukkan uang logam ke dalam ember merah bertuliskan 'Indonesia Tsunami Appeal'.

Sebagian bantuan untuk warga yang terkena dampak bencana sudah sampai di tangan mereka, termasuk tenda-tenda penampungan. (Foto: ULET IFANSASTI/GETTY IMAGES)

Faktanya, dalam tempo sekitar dua pekan, sumbangan yang terkumpul mencapai 15 juta poundsterling atau setara dengan Rp300 miliar, termasuk 2 juta poundsterling sumbangan dari Pemerintah Inggris.

Lantas bagaimana memastikan dana sumbangan masyarakat dan pemerintah tersebut sampai ke tangan warga yang memerlukannya?

Direktur eksekutif DEC, Saleh Saeed, mengatakan sumbangan ditangani oleh 14 badan amal anggotanya yang menjalin kerja sama dengan mitra-mitra di Indonesia.

"Kami bekerja melalui badan amal-badan amal itu. Jadi kami bagi uangnya di antara badan-badan amal tersebut yang semuanya mempunyai mitra kerja di Indonesia. Jadi uangnya disalurkan melalui organisasi-organisasi setempat. Kami tidak menyalurkannya melalui pemerintah mana pun," jelasnya, dalam wawancara dengan BBC News Indonesia, Kamis (18/10/2018).

Editor : Nathania Riris Michico

Let's block ads! (Why?)

from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2PDQAc1

No comments:

Post a Comment