Pages

Sunday, October 7, 2018

Tertekan, Rupiah Berpotensi Tembus Rp15.200 per Dolar AS Pekan Depan

JAKARTA, iNews.id - Kurs rupiah diprediksi bergerak melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot dalam sepekan ke depan.

Ekonom Institute for Development of Economic of Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adinegara mengatakan, kurs rupiah berpotensi menembus Rp15.200 per dolar AS pekan depan dengan titik support dan resistance masing-masing Rp15.110 dan Rp15.240.

Pada pekan ini, kurs rupiah hampir menembus level Rp15.200 per dolar AS dan sempat menyentuh Rp15.194 per dolar AS, tertinggi sejak 1998. Selain itu, pekan ini juga menandai untuk pertama kalinya kurs rupiah menembus batas psikologis Rp15.000.

"Pelemahan rupiah telah terjadi secara konsisten sampai akhir September kendati BI telah menaikkan bunga acuan dan intervensi cadangan devisa," kata Bhima, Minggu (7/10/2018).

Bhima menilai, Dollar Index yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang utama hingga akhir pekan kemarin berada di level 95,4. Dia memprediksi indeks itu masih berpeluang menguat.

"Ini menandakan era super dolar masih akan membayangi perekonomian negara berkembang," ucapnya.

Menguatnya dolar AS, kata Bhima, masih dipengaruhi oleh imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS yang mencapai 3,23 persen. Kenaikan yield tenor panjang ini menjadi indikasi ekspektasi pelaku pasar terhadap ekonomi dunia memburuk.

"Investor memburu instrumen utang AS sebagai flight to quality atau mencari aset yang aman," ucapnya.

Kenaikan yield tersebut ditopang oleh data ekonomi AS yang kuat. Hal ini terlihat dari tingkat pengangguran yang menyentuh level 3,7 persen, terendah dalam 18 tahun terakhir. Kondisi tersebut berpotensi mendorong inflasi dalam jangka pendek di AS sehingga membuat The Fed akan menaikkan suku bunga tujuh kali lagi hingga 2020.

"Shock dari kenaikan Fed rate membuat investor menarik dana bertahap dari negara berkembang, dan memilih investasi di aset berdenominasi dolar," ucapnya.

Berbagai sentimen lain juga akan menopang dolar AS pekan depan di antaranya meningkatnya ketegangan perang dagang antara AS dan China serta defisit anggaran Italia yang membuat euro keok melawan dolar AS.

"Harga minyak mentah diprediksi akan melanjutkan reli. Tekanan harga minyak membuat defisit migas melebar pada akhirnya memperburuk CAD (current account deficit)," ucapnya.

Kenakan harga minyak diprediksi akan semakin menekan rupiah. Apalagi, jelang akhir tahun kebutuhan dolar AS makin tinggi akibat tingginya impor musiman dan pembayaran utang.

Editor : Rahmat Fiansyah

Let's block ads! (Why?)

from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2yknvek

No comments:

Post a Comment