JAKARTA, iNews.id - Masa remaja merupakan periode penting dalam mengembangkan dan mempertahankan kehidupan sosial dan emosional. Dengan dukungan keluarga, sekolah, dan teman bermain yang baik, remaja seharusnya bisa terhindari dari masalah kejiwaan.
Namun, masa remaja, rentang usia 10-19 tahun, juga menjadi fase awal seseorang mencari jati diri. Di fase ini pula tak sedikit dari mereka yang terpaksa meninggalkan keluarga untuk sekolah atau berkuliah di tempat yang jauh.
Sebagian, ada pula yang memulai karier. Minimnya pengalaman dengan dunia yang baru digeluti bisa menimbulkan stres.
Bila masalah-masalah atau tantangan hidup itu tidak dikelola dengan baik, maka mereka berpotensi mengalami gangguan kesehatan jiwa.
Faktanya, 16 persen kematian remaja berusia 10 sampai 19 tahun disebabkan bunuh diri. Semantara separuh dari penderita gangguan kesehatan jiwa dimulai pada usia 14 tahun. Parahnya, sebagian besar kasus ini tidak terdeteksi sehingga tidak tertangani dengan baik.
Ketua PDSKJI Pusat, dr Eka Viora, Sp.K mengatakan, masalah kesehatan jiwa pada remaja dapat mengganggu fisik dan mental ketika mereka dewasa.
Karena itu, memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang masalah tersebut merupakan kunci untuk membantu perkembangan remaja.
"Perilaku berisiko mereka bisa dicegah dari dampak melukai diri atau bunuh diri karena depresi. Hal itu karena tidak diterapi dengan baik, sehingga berlanjut pada risiko bunuh diri," katanya, di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Selasa (2/10/2018).
Selain itu, perilaku berisiko lainnya adalah mengonsumsi narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) serta minuman beralkohol.
"Berbagai permasalahan remaja dapat ditangani dengan tepat melalui promotif dan preventif agar remaja tidak rentan dengan situasi lingkungan atau sekolah, serta deteksi dini remaja yang punya masalah kejiwaan dengan cepat," tuturnya.
Editor : Anton Suhartono
from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2P5LOUw
No comments:
Post a Comment