
JAKARTA, iNews.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan, melemahnya nilai tukar rupiah yang saat ini sudah menembus angka Rp15.000 per dolar Amerika Serikat (AS) sama sekali tidak ada hubungannya dengan bencana di Tanah Air akhir-akhir ini. Pelemahan ini lebih disebakkan dinamika eksternal di luar negeri.
“Saya lihat kalau dominasi hari ini memang lebih mayoritas yang berasal terutama trigger-nya dari luar yang sangat dominan,” kata Sri Mulyani kepada wartawan usai mendampingi Presiden Joko Widodo menerima pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (4/10/2018) siang, dikuti dari situsi Setkab.
Menurut Sri Mulyani, sentimen eksternal yang menekan rupiah saat ini, yakni kondisi ekonomi Italia. Negara Eropa itu mengalami defisit anggaran sehingga memberi sentimen buruk ke pasar.
Selain itu, pihaknya memandang situasi global kini memang tidak menentu. Pasalnya, sentimen yang datang bisa saja positif, namun ditimpa lagi dengan terpaan isu negatif.
Namun, dia memastikan kondisi yang menekan rupiah lebih dominan karena faktor eksternal karena kondisi ekonomi domestik masih cukup stabi. Ini dibuktikan dengan ekonomi yang masih tumbuh dan inflasi yang rendah.
Meski begitu, dia mengingatkan ekonomi domestik masih dihantui sejumlah risiko. Salah satunya, neraca pembayaran yang defisit karena ketidakseimbangan perdagangan di mana jumlah impor lebih besar ketimbang ekspor.
Mengenai langkah pemerintah dalam menghadapi pelemahan nilai tukar rupiah ini, Sri Mulyani mengatakan, otoritas moneter akan memantau dengan menyiapkan bauran kebijakan sehingga rupiah tak tertekan terlalu dalam.
“Bauran dari Bank Indonesia apakah itu berhubungan dengan suku bunga, apakah dengan makroprudensial, dan dengan policy mereka mengenai intervensi untuk menciptakan suatu perubahan yang bisa di-absorb dan di-adjust atau disesuaikan oleh perekonomian,” ucap Menkeu.
Sementara dari sisi fiskal, Sri Mulyani berjanji akan terus melaksanakan apa yang sudah diputuskan sebelumnya, yakni memonitor impor terutama untuk barang-barang konsumsi dan produk yang bisa dihasilkan di dalam negeri.
“1.147 itu nanti kita akan lihat laporannya setiap minggu,” kata Menkeu.
Selanjutnya, guna mengurangi impor minyak mentah dan produk Bahan Bakar Minyak (BBM), pihaknya berharap perluasan biodiesel 20 persen (B20) bisa memberikan dampak besar. “Namun kita akan lihat kemarin akhir September justru terjadi kenaikan, dan kita akan lihat,” ucap dia.
Editor : Ranto Rajagukguk
from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2xXudHE
No comments:
Post a Comment