
KUALA LUMPUR, iNews.id - Sebanyak delapan tersangka militan, termasuk tujuh warga asing, ditangkap oleh Kepolisian Malaysia karena diduga menyebarluaskan agama secara ekstrem dan terorisme di kawasan itu, yang dapat mengancam keamanan nasional.
Dilaporkan AP, Minggu (10/7/2018), Kepala Polisi Malaysia Mohamad Fuzi Harun mengatakan, para tersangka memiliki kaitan dengan sebuah sekolah agama di Yaman yang mempromosikan ajaran-ajaran Salafi Jihadi, yang memperbolehkan membunuh warga non-Muslim yang tidak mengikuti ajaran mereka, serta mengecam demokrasi sebagai hal yang tidak Islami.
Harun menyebut, warga asing yang ditangkap berusia antara 24-38 tahun. Mereka mencakup lima orang yang berasal dari satu negara di Eropa, satu dari negara di benua Amerika, dan satu dari Timor Tengah.
Penangkapan yang terjadi pada 24 September itu dilakukan setelah polisi menerima informasi intelijen soal upaya oleh sebuah kelompok teror yang berkantor di Yaman untuk mendirikan semacam asrama di Asia Tenggara untuk mempromosikan ideologi Salafi Jihadi, ideologi yang digunakan oleh kelompok-kelompok teror seperti ISIS.
Menurut Harun, kedelapan orang yang ditangkap terkait dengan pusat belajar Islam di bagian utara Perlis, yang memiliki hubungan dengan sekolah di Yaman. Namun dia tidak merinci tentang pusat belajar yang dia maksud.
Penyelidikan awal menunjukkan, orang-orang yang ditangkap menolak demokrasi dan memiliki keyakinan ekstrem.
Enam warga asing yang merupakan siswa di pusat belajar Islam di Perlis itu ditangkap di negara bagian dan diyakini memiliki kaitan degan kelompok teror ISIS atau sel-sel ekstremis lain di Malaysia.
Sementara, seorang laki-laki asal Timur Tengah, mantan guru di pusat belajar itu, ditangkap di Kuala Lumpur karena membuat kelas-kelas belajar Islam secara tidak resmi untuk menyebarluaskan ajaran Salafi Jihadi.
Seorang pebisnis Malaysia, yang juga mantan siswa di Perlis itu, ditangkap di Negara Bagian Johor.
Harun mengatakan, bukan pertama kalinya para tersangka militan berupaya menyebarkan ajaran Salafi Jihadi di Malaysia. Pada 1985, dua pemimpin kelompok radikal Jemaah Islamiyah mendirikan beberapa sekolah di Malaysia untuk mempromosikan ideologi Salafi Jihadi dan merekrut anggota-anggota baru.
Namun otoritas berwenang berhasil menghentikan semua kegiatan itu.
Editor : Nathania Riris Michico
from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2ynX8UH
No comments:
Post a Comment