
JAKARTA, iNews.id – Pro-kontra terkait impor beras memanas menyusul perbedaan pandangan antara Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dengan Direktur Utama Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Budi Waseso (Buwas).
Keduanya terlibat adu pandangan, khususnya mengenai data riil pasokan beras di lapangan. Enggar berpandangan stok beras di dalam negeri makin menipis, sementara Buwas merasa pasokan masih bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Rencana impor beras yang sudah disetujui pun dikritisi Buwas karena akan mempersulit Bulog dalam menampung pasokan baru tersebut.
Menanggapi hal ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan, kegiatan impor beras sudah disepakati sejak awal tahun dan berlaku secara bertahap dengan total 2 juta ton. Kala itu, pasokan di gudang Bulog memang minim, sementara harga beras di lapangan sudah mahal atau tidak sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) di level Rp9.450 per kilogram (kg).
"Saya agak heran juga yang diributkan impor dihubungkan dengan gudang yang penuh. Itu penuh karena impor. Kalau enggak ada impornya isinya 800.000 ton sehingga menurut saya ini enggak perlu digaduhin. Kalau tidak ada impor waktu itu repot kita," ucapnya saat ditemui di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rabu (19/9/2018).
Dia menerangkan, pemerintah sudah memasukkan sebanyak 1 juta ton beras di tahap awal pada Februari-Mei. Kemudian tahap berikutnya pada April, Kemendag telah memberikan izin impor tambahan kepada Bulog sebesar 1 juta ton. Dengan demikian total impor beras sepanjang tahun mencapai 2 juta ton.
Darmin juga menambahkan, beras impor yang baru masuk ke gudang Bulog saat ini baru mencapai 1,4 juta ton. "Rapat terakhir minggu ketiga Agustus, itu stok Bulog 2,2 juta ton tapi itu sudah termasuk impor tapi belum masuk semuanya, 1,4 juta ton. Sebelum itu 1,188 juta ton," ujarnya.
Lebih lanjut Darmin menyatakan, impor beras sejatinya sangat dihindari pemerintah. Namun, data produksi gabah petani yang dimilik Kementerian Pertanian (Kementan) tak selalu sesuai fakta di lapangan. Bahkan, pasokan beras di lapangan sangat minim sehingga membuat harga komoditas pangan ini melambung.
"Setiap tahun (perkiraan data beras meleset)," ucapnya.
Editor : Ranto Rajagukguk
from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2O1KaGp
No comments:
Post a Comment