Pages

Tuesday, September 11, 2018

Mahasiswi Indonesia Kisahkan Kengerian Gempa di Hokkaido Jepang

JAKARTA, iNews.id - Gempa bumi 6,7 Skala Richter (SR) yang mengguncang Hokkaido, Jepang, menewaskan 44 orang. Sebagian besar korban tewas berada di Atsuma, kota pegunungan yang mengalami tanah longsor sebagai dampak dari kuatnya guncangan.

Seorang warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Obihiro, Hokkaido, Diera Nathania, turut mengalami kengerian saat gempa dan dampak sesudahnya.

Dalam penuturan di media sosial, mahasiswi semester 5 Universitas Obihiro itu mengungkapkan, gempa kali ini merupakan yang terkuat selama dia tinggal di pulau paling utara Jepang itu dalam 3,5 tahun terakhir.

Tak hanya Diera, warga Hokkaido lain juga mengungkap guncangan gempa kali ini merupakan yang terbesar. Tak heran jika dampak kerusakannya cukup masif, seperti tanah longsor di Atsuma.

"Tanggal 6 (Septermber) kemarin ada gempa jam 3 pagi sebesar 6 skala richter (6,7) di daerah Tomakomai. Tomakomai itu sekitar dua jam dari tempat saya, jadi pas sampai di tempat saya gempanya jadi 3-4 SR. Enggak terlalu gede, tapi selama saya tinggal di Hokkaido ini yang terbesar. Katanya, selama sejarah Hokkaido ini merupakan salah satu gempa terbesar," tutur perempuan pemiliki lebih dari 15.000 subscriber di YouTube itu.

Namun, lima hari pascagempa, kondisi di Hokkaido berangsur normal. Di Obihiro, kata perempuan asal Tangerang Selatan, Banten, itu listrik sudah menyala kembali setelah sempat padam selama 36 jam.

Hanya saja, belum semua kebutuhan sehari-hari tersedia di supermarket. Produk roti dan susu, yang merupakan andalan Hokkaido, belum masuk ke supermarket.

"Listrik sudah kembali normal. Semuanya sudah hampir ke semula. Tapi untuk produk susu (yoghurt, keju, susu minum) dan roti masih belum dijual atau sedikit di supermarket karena proses pemerasan yang katanya terlambat," kata mahasiswi fakultas pertanian itu, saat dihubungi iNews.id, Selasa (11/9/2018).

Gempa terjadi saat warga sedang istirahat. Dia pun sedang tidur sampai terjaga akibat bunyi alarm telepon genggam.

"Waktu gempa terjadi jam 3 pagi, saya bangun karena alarm handphone," ujarnya.

Saat alarm menyala, lanjut dia, guncangan gempa belum sampai Obihiro. Delapan detik kemudian guncangan baru dirasakan.

"Sekitar delapan detik kemudian gempanya datang dan lumayan kencang. Saya agak takut, jujur saja. Saya juga agak bingung harus bagaimana karena sudah panik. Haruskah keluar atau ngumpet di bawah meja, saya bingung," katanya, lagi.

Saat itu listrik padam, tidak ada cahaya sama sekali, sehingga dia memutuskan tidur lagi. Dia mengakui seharusnya tidak melanjutkan tidur, namun melihat kondisi di luar terlebih dulu. Apalagi jika gempa susulan masih terus terjadi.

Listrik padam membuat sinyal komunikasi putus. Karena itu, dia tak bisa memberi dan mendapat kabar dari kerabat dan teman-teman. Informasi seputar gempa pun minim didapat. Hal ini menjadi kendala baginya karena tidak ada WNI lain yang tinggal di sana.

"Provider mati, jadi sinyal jelek banget enggak bisa kirim kabar apa pun ke teman-teman, keluarga," katanya.

Lebih lanjut Diera menuturkan, kondisi di Obihiro cukup sulit karena penduduknya banyak. Dampaknya, tempat-tempat penjual makanan diserbu warga.

"Kenapa (daerah) yang lebih besar lebih parah, karena lebih banyak penduduknya maka lebih sedikit makanan yang tersedia," ujarnya.

Untungnya, kata dia, ada beberapa supermarket yang inisiatif menjual barang-barang yang masih layak konsumsi. Bahkan, ada supermarket yang membagikan daging secara gratis karena terancam basi bila dibiarkan tanpa pendinginan.

Musibah ini menjadi pelajaran penting baginya. Sebagai warga asing dan tinggal di negara yang rawan bencana, sangat penting menjalin komunikasi dengan warga sekitar.

"Saat gempa itu informasi dari mana pun enggak bisa masuk, karena itu banyak berkomunikasi dengan orang di sekitar. Jangan mengurung diri di kamar karena bahaya, khawair ada gempa susulan," tuturnya.

Editor : Anton Suhartono

Let's block ads! (Why?)

from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2Qq3TOn

No comments:

Post a Comment