Pages

Tuesday, September 11, 2018

Dipicu Kekhawatiran Sanksi Iran, Harga Minyak Naik Lebih dari 2 Persen

NEW YORK, iNews.id - Harga minyak naik lebih dari 2 persen pada akhir perdagangan Selasa (11/9/2018) waktu setempat karena sanksi Amerika Serikat (AS) menekan ekspor minyak mentah Iran. Selain itu dan produksi minyak mentah AS pada 2019 yang diperkirakan akan tumbuh pada tingkat lebih lambat dari perkiraan sebelumnya, mendorong kekhawatiran pasokan.

Sejak musim semi ketika pemerintahan Trump mengatakan akan memberlakukan sanksi-sanksi terhadap Iran, para pedagang minyak mentah telah memperhitungkannya dalam premi risiko yang mencerminkan kekurangan pasokan, yang mungkin terjadi ketika ekspor dari anggota OPEC terbesar ketiga itu dipangkas. Ketika tanggal 4 November untuk menjatuhkan sanksi semakin dekat, premi telah meningkat.

Patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman November, bertambah 1,69 dolar AS atau 2,2 persen, menjadi menetap pada 79,06 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Sementara itu, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, melompat 1,71 dolar AS atau 2,5 persen menjadi ditutup pada 69,25 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Washington telah mengatakan kepada sekutu-sekutunya untuk mengurangi impor minyak Iran, dan beberapa pembeli Asia, termasuk Korea Selatan, Jepang serta India tampak mulai mematuhinya. Tetapi pemerintah AS tidak ingin harga minyak naik, yang dapat menekan kegiatan ekonomi atau bahkan memicu perlambatan pertumbuhan global.

Menteri Energi AS Rick Perry bertemu Menteri Energi Saudi, Khalid al-Falih pada Senin (10/9/2018) di Washington, ketika pemerintahan Trump mendorong negara-negara penghasil minyak besar untuk mempertahankan produksi tinggi. Perry akan bertemu dengan Menteri Energi Rusia Alexander Novak pada Kamis (13/9/2018) di Moskow.

Rusia, Amerika Serikat, dan Arab Saudi adalah tiga produsen minyak terbesar dunia sejauh ini, memenuhi sekitar sepertiga dari hampir 100 juta barel per hari (bph) konsumsi minyak mentah harian.

Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan pada Selasa (11/9/2018) bahwa Rusia dan sekelompok produsen di sekitar Timur Tengah yang mendominasi Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dapat menandatangani kesepakatan kerja sama jangka panjang baru pada awal Desember, kantor berita TASS melaporkan. Namun, Novak tidak memberikan rinciannya.

Sekelompok produsen OPEC dan non-OPEC telah secara sukarela menahan pasokan mereka sejak Januari 2017 untuk memperketat pasar, tetapi dengan harga minyak mentah naik lebih dari 40 persen sejak saat itu dan pasar secara signifikan lebih ketat, ada tekanan terhadap para produsen untuk meningkatkan produksi.

Produksi minyak mentah AS diperkirakan akan meningkat 840.000 barel per hari menjadi 11,5 juta barel per hari tahun depan, lebih rendah dari ekspektasi sebelumnya untuk kenaikan 1,02 juta barel per hari menjadi 11,7 juta barel per hari, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan dalam laporan bulanannya.

"Para pelaku pasar sekarang mengevaluasi perkembangan ini dalam hubungannya dengan potensi penurunan lebih lanjut dalam produksi minyak dari Iran dan Venezuela, yang melukiskan gambaran bullish signifikan pada harga," kata Abhishek Kumar, analis energi senior di Interfax Energy di London.

Editor : Ranto Rajagukguk

Let's block ads! (Why?)

from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2ObqJrr

No comments:

Post a Comment