JAKARTA, iNews.id, – Dinamika sosial dan politik Indonesia seusai Pemilu 2019 menjadi perhatian banyakan elemen bangsa. Organisasi masyarakat dan keagamaan, serta tokoh-tokoh bangsa terus menyerukan pentingnya mengedepankan persatuan dan rasa saling menghormati antarsesama.
Seruan merespons kondisi bangsa juga disuarakan forum Multaqo (pertemuan) Ulama, Habaib, dan Cendekiawan Muslim di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Jumat (3/5/2019) malam.
Forum Multaqo Ulama yang diinisiasi oleh ulama sepuh KH Maimun Zubair dan Habib Muhammad Luthfi bin Yahya ini mengajak para ulama, habaib dan cendekiawan muslim agar memberikan suri tauladan kepada umat dalam menjaga situasi damai terutama menjalani Ramdan dan Idul Fitri 2019.
”Bahwa stabilitas keamanan sangat erat hubungannya dengan keimanan. Ketika keimanan lenyap, keamanan akan tergoncang. Dua unsur ini saling mendukung,” Juru Bicara Multaqo Ulama, Habaib, dan Cendekiawan Muslim Ustaz M Najih Arromadloni, Jumat (3/5/219).
Korelasi itu sesuai dengan tuntutan Alquran. Disebutkan dalam Surah al-An’am ayat 82, “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan dengan kezaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keamanan, dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Menurut Multaqo Ulama, umat Islam berkewajiban ikut terus aktif dan proaktif menjaga keamanan negara dengan cara kembali ke kesepakatan para pendiri negara (founding father) yang memiliki visi menegakkan NKRI dan Pancasila. Artinya, tidak ikut terlibat dalam kegiatan-kegitan yang berpotensi menciptakan keresahan, instabilitas, perpecahan dan kekacauan di masyarakat.
Dalam hal ini para ulama, habaib, dan cendekiawan muslim perlu terus menjadi garda terdepan dalam membangun negara yang makmur dan sejahtera atau baldatun tayyibatun wa rabun ghafur.
Para ulama sepakat bahwa hukum taat kepada ulil amri (pemimpin) adalah wajib. Kaum muslimin tidak diperolehkan memberontak ulil amri. Prinsip ini menjadi pegangan dalam berbangsa dan bernegara.
Ulil amri dalam hal ini yaitu orang atau lembaga yang memiliki kekuasaan karena diberi otoritas oleh negara. Oleh karena itu jika dikaitkan dengan permasalahan pemilu, ulil amri tersebut yakni Komisi Pemilihan Umum KPU), Bawaslu, dan MK.
Seluruh umat Islam wajib taat kepada keputusan KPU, Bawaslu dan MK jika menyangkut masalah hasil pemilu, karena mereka adalah lembaga Negara yang diberi wewenang berdasarkan UU untuk menyelenggrakan pemilu dan mengumumkan hasilnya.
Sebaiknya umat Islam menghindari tindakan yang mengarah kepada bughat. Ketaatan di sini bisa bermakna tidak keluar untuk mengangkat senjata, melakukan revolusi, meskipun tidak sesuai dengan aspirasinya. Prinsip ketaatan ini untuk menjaga kelangsungan sistem sosial agar tidak terjadi anarki.
Bughat dilarang menurut fiqih dan pelakunya harus ditindak tegas. Hal ini berbeda dengan kritik. Kritik terhadap penguasa adalah bagian dari amar ma’ruf nahi munkar. Kritik atau protes harus disampaikan dengan cara yang damai, bijak dan melalui jalur hukum yang sesuai konstitusional.
Para ulama juga sepakat bahwa Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2019 harus menjadi momen penting untuk ber-fastabiqul khoirot atau berlomba-lomba dalam kebaikan dan prestasi. Karena itu, seluruh elemen masyarakat dan pemerintah dituntut untuk mengembangkan kehidupan politik yang yang demokratis berdasarkan Pancasila dan berpegang pada etika keadaban yang tinggi.
Keutuhan bangsa dalam bingkai NKRI tidak boleh rusak atau terkoyak hanya karena ada Pemilu yang berlangsung lima tahun sekali.
”Jangan sampai sikap kita yang tidak demokratis dan mengabaikan keadaban dalam politik sampai mengorbankan keutuhan dan persatuan bangsa. Prinsip fastabiqul khairat mengisyaratkan kepada umat Islam agar menjauhi sikap yang berlebih-lebihan dalam berlomba menikmati dunia,” ujarnya.
Dalam konteks berdemokrasi melalui proses pemilu, sikap proporsional tersebut senantiasa ditempatkan dalam konstitusi, sehingga dalam fastabiqul khoirot dalam berpolitik harus tetap melalui jalur konstitusional agar tercipta ketertiban dan keamanan bagi masyarakat.
”Bahwa masyarakat Indonesia adalah majemuk, maka dibutuhkan sikap yang arif dan bijak dalam menyampaikan pendapat maupun menggapai dan mengelola kekuasaan,” kata dia.
Atas dasar ini Multaqo Ulama menekankan tiga hal penting kepada seluruh masyarakat, terutama umat Islam dalam merespons situasi bangsa sekarang ini.
Tiga hal tersebut yakni:
1. Menegaskan kembali kesepakatan pendiri bangsa dan alim ulama bahwa nkri adalah bentuk negara yang sesuai dengan islam yang rahmatan lil alamin di Indonesia, Pancasila adalah dasar negara dan falsafah bangsa.
2. Mengajak umat Islam menyambut Ramadan 2019 dengan meningkatkan ukhuwah islamiyah, menjalin silaturahmi, menghindari fitnah dan tindakan melawan hukum (inskonstitusional). Dengan demikian umat memasuki Ramadan dalam keadaan suci dengan berharap mendapat ampunan Allah dan kemenangan di hari raya Idul Firi.
3. Mengimbau umat Islam untuk bersama-sama mewujudkan stabilitas keamanan dan situasi kondusif, mengedepankan persamaan di atas perbedaan selama dan sesudah Ramadan sehingga mampu menjalankan ibadah secara khusyu dan penuh berkah.
Editor : Zen Teguh
from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping http://bit.ly/2JeBAks
No comments:
Post a Comment