Pages

Sunday, January 20, 2019

Penyebab Ritel Tutup, Konsumsi Rumah Tangga hingga Gaya Hidup Milenial

 

JAKARTA, iNews.id - Penutupan gerai terus dilakukan berbagai perusahaan ritel dalam negeri, seperti, Hero, Ramayana, hingga Matahari. Penutupan gerai juga diikuti dengan pemutusan kontrak kerja dengan karyawannya.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, penurunan bisnis di sektor ini disebabkan oleh rendahnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga rata-rata di angka 5 persen dalam tiga tahun terakhir. Sementara, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kenaikan pengeluaran masyarakat kelas menengah hanya 3,4 persen dan kelas atas hanya 1,28 persen.

"Penyebab ritel turun sebagian besar karena rendahnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga," ujarnya saat dihubungi iNews.id, Minggu (20/1/2019).

Menurut dia, hal ini disebabkan oleh masyarakat kelas menengah dan atas yang menahan belanjanya akibat pelemahan nilai tukar rupiah, pendapatan sektor komoditas yang turun, hingga tahun politik.

"Meskipun inflasi 3,1 persen tidak membuat masyarakat belanja ke mal dan supermarket. Sektor yang paling terpukul adalah FMCG (fast moving consumer goods) atau bahan kebutuhan pokok," ucapnya.

Hal ini bertentangan dengan pernyataan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution yang menampik fenomena ini karena adanya penurunan daya konsumsi masyarakat. Darmin justru melihat tutupnya ritel, murni diakibatkan oleh persaingan ritel antar satu sama lain.

"Di kita itu khusus di Indonesia, ada fenomena Indomaret, Alfamart, itu memang mengubah konstelasi. Mesti ada yang tersingkir ya," ujar Darmin di kantornya, Jumat (18/1/2019).

Kendati demikian, Bhima juga menilai adanya persaingan yang ketat antara supermarket dan minimarket membuat ritel besar tersingkir. Pasalnya, minimarket semakin menjamur beberapa tahun belakangan yang membuat pola konsumsi masyarakat bergeser.

"Minimarket jaraknya dekat dengan rumah, hemat biaya parkir dan bensin. Produk di minimarket modern semakin lengkap," kata dia.

Selain itu, dengan jumlah generasi milenial yang jumlahnya 90 juta orang membuat tren leisure economy semakin marak. Generasi milenial cenderung mengonsumsi barang dan jasa yang bersifat leisure.

Hal ini ditandai dengan maraknya cafe, foodcourt, dan tempat wisata. Pasalnya, generasi ini dinilai sebagai generasi yang menghabiskan penghasilannya untuk mencari pengalaman dengan mengunjungi berbagai tempat baru.

"Mereka akan rem pembelian bahan makanan di supermarket, cenderung jajan di restoran," tuturnya.

Editor : Ranto Rajagukguk

Let's block ads! (Why?)

from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping http://bit.ly/2MkJfxl

No comments:

Post a Comment