
JAKARTA, iNews.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengeluhkan banyaknya kritik dari berbagai pihak selama periode tahun politik saat ini. Pasalnya, selama menjabat sebagai Bendahara Keuangan Negara, dia dianggap tak mampu menjaga keseimbangan primer Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
"Keseimbangan primer yang ini juga waktu saya pertama kali kembali menjadi menteri keuangan saya mengingatkan keseimbangan primer kita perlu dikoreksi. Eh, malah saya yang dianggap orang yang enggak memelihara. Aneh jadinya politik itu," katanya dalam konferensi pers 4 Tahun Kerja Pemerintahan Jokowi-JK di Sekretariat Negara, Jakarta Pusat, Selasa (23/10/2018).
Pada 2016, posisi keseimbangan primer memang tergolong rendah. Sebab, APBN dipergunakan untuk pembangunan infrastruktur yang dianggap penting yang diharapkan mampu meningkatkan perekonomian Indonesia.
Selain itu, pada kondisi tersebut, gejolak ekonomi global mulai terjadi yang berimbas terhadap seluruh negara termasuk Indonesia. Namun, pemerintah sigap untuk menjaga keseimbangan primer pada tahun 2019 bisa mendekati nol.
"Jadi, semenjak 2016, nilai nominalnya Rp125 triliun. Jadi, APBN itu mengalami tekanan paling berat di 2015 karena defisitnya dalam rangka menolong ekonomi untuk tetap meningkat. Karena banyak program-program pembangunan yang sangat urgen dan ekonominya mendapatkan tekanan. Di 2015, defisit sangat dalam namun kita lihat pemerintah kemudian mengambil posisi untuk mulai mengkonsolidasikan APBN sehingga keseimbangan primer tahun ini mendekati Nol Rupiah," katanya.
Kementerian Keuangan merumuskan defisit keseimbangan primer diturunkan hingga mendekati Rp0 pada tahun 2019. Penurunan defisit APBN diikuti dengan penurunan defisit keseimbangan primer. Tren penurunan tersebut terjadi sejak tahun 2014 yaitu dari Rp93,3 triliun (0,92 persen terhadap PDB) menjadi Rp64,8 triliun (0,44 persen terhadap PDB).
Penurunan defisit keseimbangan primer menunjukkan kemampuan membayar bunga utang dari sumber pendapatan negara (pajak dan PNBP) meningkat. Sementara, defisit APBN menurun setiap tahun, dari 2,3 persen terhadap PDB tahun 2014 menuju kisaran 2,1 persen tahun 2018 (outlook), bahkan dalam RAPBN 2019,
Pemerintah mengusulkan defisit di bawah 2 persen terhadap PDB. Hal ini menunjukkan komitmen untuk menjaga keberlanjutan APBN dan kebijakan fiskal sebagai bantalan menghadapi kondisi ekonomi dunia yang penuh ketidakpastian.
Editor : Ranto Rajagukguk
from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2NYLK7B
No comments:
Post a Comment