Pages

Sunday, October 28, 2018

Perusahaan Produksi Chicken Nuggets Tanpa Menyembelih Ayam, Kok Bisa?

WASHINGTON, iNews.id - Pada 1931, seorang politisi Inggris yang kemudian menjadi perdana menteri, Winston Churchill, memperkirakan suatu hari manusia dapat melepaskan diri dari hal mustahil memelihara seekor ayam hanya untuk memakan sayap atau dadanya, dengan cara membiakkan bagian-bagian ini secara terpisah dengan cara yang cocok.

Sekitar 87 tahun kemudian, hal itu menjadi kenyataan. Seperti yang BBC temukan di Just, sebuah perusahaan makanan di San Fransisco di mana kita bisa merasakan potongan daging ayam atau chicken nuggets yang berasal dari hanya sel sayap unggas ini.

Ayam, yang selnya digunakan, masih hidup, dan berkeliaran di sebuah peternakan tidak jauh dari laboratorium.

Daging ini jangan disamakan dengan burger vegeratarian atau yang berasal dari tumbuhan atau produk pengganti daging lainnya yang semakin digemari di toko serba ada.

Tidak, ini adalah daging ayam asli namun dibuat dari sel unggas. Proses ini juga disebut daging budi daya, sintetis, in-vitro, hasil laboratorioum, atau bahkan daging "bersih".

Hanya diperlukan dua hari untuk menghasilkan chicken nuggets di sebuah reaktor bio kecil, dengan menggunakan protein untuk mengembangkan sel.

Hasilnya masih belum dijual dimana pun tetapi pimpinan Just, Josh Tetrick, mengatakan daging ini akan menjadi bagian dari menu sejumlah rumah makan pada akhir tahun ini.

"Kami membuat produk seperti telur, es krim, mentega dari tanaman dan kami membuat daging dari daging. Tetapi Anda tidak perlu membunuh binatangnya," kata Tetrick.

Kami dipersilahkan untuk mencoba dan hasilnya menakjubkan. Kulitnya garing dan dagingnya enak meskipun tekstur bagian dalamnya agak lebih halus dari pada nuggets di gerai makanan cepat saji McDonalds atau KFC, misalnya.

Tetrick dan wiraswastawan lain yang membuat daging seluler mengatakan mereka ingin berhenti menyembelih binatang dan melindungi lingkungan dari pengrusakan peternakan pabrik industri.

PBB menyatakan memelihara binatang untuk dimakan adalah salah satu penyebab utama pemanasan bumi dan polusi udara dan air.

Bahkan meskipun industri ternak konvensional berusaha menjadi lebih efisien dan ramah lingkungan, banyak pihak meragukan apakah mereka dapat bersaing dengan peningkatan permintaan dunia akan protein.

Sekitar 70 miliar binatang disembelih setiap tahunnya untuk dikonsumsi tujuh milar jiwa, kata Uma Valeti, ahli jantung pendiri Memphis Meat di California, Amerika Serikat (AS), sebuah perusahaan daging dari sel terkemuka.

Dia mengatakan permintaan dunia akan daging berlipat dua karena semakin banyak orang yang terentas dari kemiskinan dan dunia tidak akan mampu menghasilkan ternak yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sembilan miliar orang pada 2050.

"Jadi kita pada dasarnya dapat mengembangkan daging apapun, unggas ataupun ikan langsung dari sel binatang itu," kata Valeti.

"Saya pikir kemungkinannya jauh lebih besar dari pada seiris roti."

Banyak orang AS mengaku memakan lebih sedikit daging, namun data Kementerian Pertanian AS (USDA) menyatakan rata-rata konsumen masih tetap akan mengkonsumsi lebih dari 100 kilogram daging merah dan unggas tahun ini. Jumlah ini lebih banyak sekitar 9.000 gram dari pada 1970-an.

Perintis pertanian seluler adalah ilmuwan Belanda, Mark Post. Hamburger hasil laboratorium pertamanya dipanggang pada 2013 dengan biaya 300.000 dolar AS atau Rp4,5 miliar.

Tidak ada satu perusahaan pun telah menghasilkan hal ini dalam skala produksi agar dapat menyediakan daging dari sel secara komersial. Namun Post memperkirakan jika dia mulai memproduksi burger secara massal, dia dapat menjadikan biaya pembuatan menjadi sekitar 10 dolar AS atau Rp152.000 per satu burger.

"Itu tentunya masih terlalu mahal," katanya.

Jika Just mampu menghasilkan chicken nuggets dalam jumlah yang cukup untuk dijual tahun ini, kemungkinan besar tetap tidak akan dihidangkan di rumah makan AS karena pemerintah masih belum memutuskan langkah selanjutnya.

Sebagian besar makanan di AS diatur Badan Makanan dan Obat (FDA). Tetapi sebagian - terutama daging ternak konvensional - diatur oleh USDA. Jadi jika Anda membeli pizza beku di AS, USDA menangani pizza pepreroni dan FDA mengawasi pizza keju.

"Kami berbicara dengan sejumlah negara di Asia dan Eropa," kata Terick.

"Terjadi ketidakjelasan terkait dengan aturan di AS saat USDA dan FDA melakukan rapat terbuka, katanya.

"Saya pikir sejumlah negara ingin menjadi pelopor terkait hal ini. Apakah itu tentang kelangkaan pangan, keberlangsungan atau mereka sebenarnya hanya ingin menciptakan sistem ekonomi baru, mereka ingin mengawali hal ini," kata Tetrick.

Namun tujuan akhirnya adalah mengeluarkan daging seluler dari laboratorium ke pabrik besar.

Peternakan ayam di AS. (Foto: Getty Images)

Terdapat puluhan perusahaan yang berkecimpung di bidang ini dan mereka menarik perhatian para pemodal tidak hanya dari Silicon Valley.

Miliarder Amerika, Bill Gates, dan Richard Branson dari Inggris merupakan bagian dari kelompok orang yang menanam modal pada teknologi ini.

Produk ini ternyata juga mendapat dukungan Tyson Foods yang menanam dana di Memphis Meats.

Tyson adalah pemroses daging terbesar AS lewat pengolahan sekitar 424.000 ekor babi, 130.000 sapi, dan 35 juta ekor ayam setiap pekan. Jadi mengapa mereka melakukan investasi di daging seluler?

"Perusahaan tersebut memutuskan untuk beralih dari sebuah perusahaan daging menjadi perusahaan protein," kata Tom Mastrobuoni, direktur keuangan perusahaan modal ventura Tyson, Tyson Ventures.

"Secara sengaja kami memutuskan menjadi perusahaan protein terbesar," tambahnya.

Kita menyembelih 70 miliar binatang setiap tahunnya untuk memberi makan tujuh milar orang, kata seorang pengamat. (Foto: Getty Images)

Teknologi canggih Silicon Valley kemungkinan bisa disamakan dengan kebebasan semangat berbisnis AS. Namun AS tetaplah sebuah negara dengan tradisi yang kuat.

The Cattlemen's Association memiliki pengaruh yang kuat dan cowboy adalah sebuah simbol yang paling diacu dan diromantisir dalam sejarah AS.

Karena itulah peternak di AS memperdebatkan cara pemasaran produk baru ini, sebagai daging bersih, daging seluler, daging tanpa penyembelihan, protein etis, atau hanya daging?

Di peternakan mereka di Ozarks, pegunungan merentang dari Missouri sampai ke Arkansas, Kalena dan Billy Bruce sedang memberikan makan sapi Angus hitamnya, dengan dibantu anak perempuannya, Willa, yang berumur empat tahun.

"Saya pikir produk itu perlu dilabel dengan tepat, protein hasil laboratorium," kata Billy Bruce.

"Saat saya memikirkan daging, saya membayangkan apa yang ada di belakang saya, binatang hidup yang bernafas," tambahnya.

Negara Bagian Missouri sepakat. Atas desakan para peternak, peraturan menyatakan label daging hanyalah untuk produk ternak.

"Jika dilihat dari keterbukaan bagi konsumen, agar mereka mengetahui apa yang mereka beli dan berikan untuk keluarga, kami pikir hal ini perlu dinamakan secara berbeda," kata Kalena Bruce.

Lia Biondo, direktur kebijakan asosiasi Peternak AS yang bermarkas di Washington DC memperkirakan hukum Missouri ini akan ditiru negara-negara bagian lain.

"Kami akan membiarkan perusahaan-perusahaan itu memutuskan penamaan produk mereka selama tidak mereka tidak menamakannya daging sapi atau daging," kata Biondo.

Editor : Nathania Riris Michico

Let's block ads! (Why?)

from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2z9tCm1

No comments:

Post a Comment