JAKARTA, iNews.id - Pertemuan tahunan IMF-WB 2018 di Bali menjadi polemik karena dinilai boros dan tidak peka dengan bencana yang terjadi di Sulawesi Tengah.
Menteri Keuangan periode 2013-2014 Chatib Basri memberikan penjelasan soal agenda rutin tersebut. Dia menyebut, pertemuan tahunan IMF-WB 2018 di Bali diajukan pada September 2014 saat dirinya menjadi menteri keuangan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Pemerintah bersama Bank Indonesia, pemerintah mengajukan diri menjadi tuan rumah pertemuan tahunan September 2014. Prosesnya tidak mudah, bersaing dengan negara-negara lain. Indonesia dipilih menjadi tuan rumah Oktober 2015," kata Chatib, dikutip dari akun Twitter-nya @ChatibBasri, Minggu (7/10/2018).
Di Asia Tenggara, baru empat negara yang pernah menjadi tuan rumah pertemuan yang digelar pertama kali pada 1947. Negara-negara tersebut yaitu Filipina (Manila), Thailand (Bangkok), dan Singapura. Kendati begitu, selama lebih dari 20 tahun terakhir, acara ini lebih banyak digelar di Washington DC, AS.
Menurut Chatib, acara ini bukan bertujuan untuk mencari utang tambahan bagi tuan rumah, melainkan untuk membahas isu global. Saat 2013, Indonesia pernah menyampaikan keberatan dengan cara komunikasi bank sentral AS The Fed dalam kebijakan moneternya.
"Bersama Gubernur Rajan dari India saat itu dalam meeting terbatas saya meminta Bernanke dari the Fed untuk melakukan komunikasi dan mempertimbangkan dampak policy-nya pada emerging economies. IMF mendukung kita." ucap Chatib.
BACA JUGA:
Jadi Tuan Rumah, RI Tidak Cari Utang Tambahan di Pertemuan IMF-WB 2018
Menurut dia, Indonesia harus memanfaatkan acara ini dengan memasukkan agenda nasional. Dengan begitu, Indonesia akan lebih berperan pada level global. Apalagi, Indonesia merupakan anggota G-20.
Soal anggaran yang mencapai Rp1 triliun, Chatib menjelaskan bahwa nilai tersebut ditentukan setelah Indonesia diputuskan menjadi tuan rumah pada 2015.
"Setelah itulah baru anggaran disusun. Dan itu terserah Indonesia mau membuatnya besar atau kecil. Sama seperti Asian Games juga," ujarnya.
Dengan demikian, Presiden Joko Widodo yang dilantik pada Oktober 2014 memiliki peran dalam acara tersebut, termasuk apakah kemudian muncul rencana untuk membatalkan pengajuan diri menjadi tuan rumah saat itu. Yang jelas, kata dia, pengajuan dilakukan setelah berdiskusi dengan Presiden SBY.
Editor : Rahmat Fiansyah
from iNews.id | Inspiring & Informative kalo berita nya gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2E1FPyP
No comments:
Post a Comment